Industri Padel Diprediksi Suram, Lebih dari 100 Lapangan Tutup

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Kamis, 25/09/2025 11:05 WIB
Foto: Padel olahraga yang memadukan elemen tenis dan squash di Padel Arena Jakarta, Jakarta, Kamis (03/7/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hanya dalam waktu beberapa tahun, Swedia sempat menjadi pusat dunia padel dengan lapangan padel bermunculan bak jamur sejak 2016 hingga 2020. Nama-nama besar seperti Zlatan Ibrahimović ikut berinvestasi, tapi di balik euforia itu, kini industri padel di negara Skandinavia tersebut menghadapi masa depan yang suram.

Popularitas padel melonjak tajam ketika pandemi Covid-19 melanda. Dengan terbatasnya pilihan olahraga, padel menjadi alternatif yang dianggap aman, mudah, dan tetap sosial.

Permintaan yang tinggi membuat jumlah lapangan padel di Swedia naik lebih dari 1.000% hanya dalam beberapa tahun. Namun, pertumbuhan itu ternyata tidak sehat.


Menurut laporan Court Brain, fenomena ini mirip dengan "bubble" di sektor finansial. Begitu pandemi mereda dan masyarakat kembali ke rutinitas normal, lapangan padel yang berlebihan justru menimbulkan masalah.

Antusiasme yang semula besar kini berbalik arah. Data stasiun televisi publik Swedia, SVT, mencatat lebih dari 100 fasilitas padel tutup antara 2022 hingga 2024. Bukan karena orang Swedia berhenti bermain, melainkan karena jumlah lapangan jauh melampaui kebutuhan.

Industri penunjang pun terkena dampaknya. Perusahaan ritel peralatan padel yang semula kebanjiran pesanan kini mengalami kelebihan stok.

"Saat booming, semua barang langsung habis terjual. Tapi itu hanya sesaat," ujar seorang pelaku industri dilansir Court Brain.

Produksi yang berlebihan membuat harga anjlok dan margin keuntungan tergerus. Kondisi ini menandakan industri padel di Swedia telah memasuki fase koreksi.

Tidak ada lagi "demam padel" seperti masa pandemi, melainkan pasar yang mengecil dan menuntut seleksi alam. Klub yang tidak mampu bersaing atau menawarkan nilai tambah akhirnya gulung tikar.

Meski olahraga ini masih populer, para analis menilai prospek bisnis padel di Swedia tidak lagi semenarik dulu. Dari olahraga yang sempat dianggap "tambang emas baru", kini padel lebih dilihat sebagai hobi rekreasi ketimbang industri yang menjanjikan keuntungan besar.

Peringatan bagi Pasar Global

Kisah Swedia kini menjadi pelajaran berharga bagi negara-negara lain yang sedang mengalami ledakan padel seperti Italia, Prancis, dan Inggris hingga di Indonesia. Ekspansi berlebihan tanpa perhitungan jangka panjang hanya akan berujung pada keruntuhan industri.

"Padel masih akan ada di Swedia, tapi tidak lagi sebagai ladang bisnis emas," tulis analisis Court Brain. "Yang tersisa hanyalah pasar yang lebih kecil, stabil, dan kurang menarik bagi investor."


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kosmetik RI Wajib Halal, Industri Siap?


Related Articles