Studi Ungkap Simpanse Konsumsi Alkohol Setara Satu Gelas Bir Sehari

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Selasa, 23/09/2025 17:05 WIB
Foto: Simpanse. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa simpanse mengonsumsi alkohol setara segelas bir besar setiap hari.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Science Advances menyebutkan bahwa alkohol yang mereka konsumsi berasal dari buah-buahan matang terfermentasi yang mengandung etanol (alkohol) dalam kadar rendah.

Melansir Science Alert, senyawa umum alkohol pada tubuh mereka mencapai sekitar 14 gram per hari. Paparan alkohol dosis rendah tersebut tampaknya menjadi bagian alami dari kehidupan simpanse di alam liar.


Studi tersebut dilakukan di alam liar Afrika, tempat hewan-hewan tersebut hidup. Temuan ini mendukung teori bahwa manusia mungkin mewarisi selera alkohol dan kemampuan memetabolisme alkohol dari primata, meskipun alkohol beracun bagi manusia.

Para peneliti mengumpulkan buah-buahan yang dimakan simpanse dan mengukur kandungan etanolnya, yang dihasilkan dari fermentasi gula. Mereka menyimpulkan bahwa para simpanse mengonsumsi alkohol setiap hari.

Menurut penulis utama studi, Aleksey Maro, dengan koreksi ukuran tubuh, simpanse tersebut seolah-olah minum setara dengan setengah pint bir Lager dengan kadar alkohol 5%.

"Alkoholnya tidak sedikit, tetapi sangat encer dan lebih berkaitan dengan makanan," kata kandidat doktor di University of California, Berkeley tersebut.

Teori 'monyet mabuk'

"Untuk pertama kalinya, kami melihat bahwa, memang, kerabat terdekat kita yang masih hidup mengonsumsi alkohol dalam dosis yang relevan secara fisiologis secara rutin setiap hari," kata Maro.

Hal ini sejalan dengan "teori monyet mabuk" yang dianut lebih dari satu dekade lalu oleh ahli biologi AS Robert Dudley, yang turut menulis studi baru ini.

Menurut teori ini, kesukaan manusia terhadap alkohol dan kemampuan untuk memetabolismenya berasal dari nenek moyang primata yang mengonsumsinya setiap hari melalui buah yang mereka makan.

"Hipotesis monyet mabuk semakin menjadi kenyataan. Namanya kurang tepat. Nama yang lebih tepat adalah mabuk evolusi," kata Maro.

Teori ini awalnya ditanggapi skeptis oleh para ahli. Namun, teori ini semakin populer dalam beberapa tahun terakhir karena penelitian menunjukkan bahwa beberapa primata memakan buah yang difermentasi dan, jika diberi pilihan nektar dengan kadar alkohol yang bervariasi, mereka lebih menyukai buah yang paling banyak mengandung alkohol.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kosmetik RI Wajib Halal, Industri Siap?


Related Articles