41% Perusahaan Mau PHK Massal hingga 2030, Ini Alasannya

Redaksi, CNBC Indonesia
Sabtu, 20/09/2025 15:45 WIB
Foto: Ilustrasi PHK. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia kerja tengah menghadapi perubahan besar. Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dulu dianggap hanya alat bantu kini mulai mengambil alih banyak tugas, membuat sebagian perusahaan mempertimbangkan untuk memangkas tenaga kerja.

Survei terbaru Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mencatat, 41% perusahaan di seluruh dunia mengaku berencana melakukan pengurangan karyawan secara signifikan hingga 2030. Ini terjadi seiring banyaknya pekerjaan yang bisa digantikan otomatisasi.


WEF dalam laporan Future of Jobs Report mengungkapkan, ratusan perusahaan besar yang disurvei menyatakan strategi mereka menghadapi disrupsi teknologi. Dari ratusan perusahaan besar yang disurvei di seluruh dunia, 77% menyatakan berencana melatih ulang dan meningkatkan keterampilan pekerja yang ada pada 2025-2030 agar dapat bekerja lebih baik bersama AI.

"Perkembangan AI dan energi terbarukan tengah membentuk ulang pasar tenaga kerja, mendorong meningkatnya permintaan untuk banyak peran teknologi atau spesialis, sekaligus menurunkan kebutuhan untuk pekerjaan lain, seperti desainer grafis," kata WEF bulan lalu dikutip dari CNN International, Sabtu (20/9/2025).

Managing Director WEF Saadia Zahidi menyoroti peran AI generatif dalam membentuk ulang industri dan tugas di semua sektor. Teknologi ini dapat menciptakan teks, gambar, dan konten orisinal lainnya sebagai respons atas perintah dari pengguna.

Menurutnya, pekerjaan seperti petugas layanan pos, sekretaris eksekutif, dan petugas penggajian diperkirakan akan mengalami penurunan tercepat dalam beberapa tahun mendatang, baik karena penyebaran AI maupun faktor lain.

"Masuknya desainer grafis dan sekretaris hukum ke daftar sepuluh besar pekerjaan yang paling cepat menurun untuk pertama kalinya dalam sejarah laporan Future of Jobs mungkin menggambarkan meningkatnya kapasitas GenAI dalam mengerjakan pekerjaan berbasis pengetahuan," tulis laporan itu.

Sebaliknya, keterampilan AI semakin dicari dengan data hampir 70% perusahaan berencana merekrut pekerja baru dengan kemampuan merancang alat dan pengembangan AI. Sementara itu 62% berniat menambah pekerja dengan keterampilan bekerja berdampingan dengan AI, menurut survei terbaru yang dilakukan tahun lalu.

Meski demikian, laporan tersebut juga memberi nada optimistis. Dampak utama teknologi seperti AI generatif terhadap pekerjaan mungkin terletak pada potensinya dalam meningkatkan keterampilan manusia melalui kolaborasi manusia-mesin, bukan semata-mata menggantikan pekerja, terutama mengingat pentingnya keterampilan yang berpusat pada manusia.

Tapi pada kenyataannya, banyak pekerja sudah tergantikan oleh AI. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan teknologi, termasuk layanan penyimpanan file Dropbox dan aplikasi belajar bahasa Duolingo, menyebut AI sebagai alasan pemutusan hubungan kerja (PHK).


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kosmetik RI Wajib Halal, Industri Siap?