Job Hugging, Fenomena Baru Dunia Kerja saat Ekonomi Lesu
Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi banyak pekerja muda, tawaran pekerjaan baru tak lagi otomatis menggiurkan. Di tengah ekonomi global yang tak pasti, mereka justru memilih bertahan di tempat kerja sekarang, yang kini dikenal dengan istilah job hugging.
Jika dulu tren job hopping jadi andalan untuk mengejar kenaikan gaji atau pengalaman baru, kini situasinya berbalik. Job hugging mencerminkan rasa aman yang dicari pekerja di tengah pasar kerja yang melambat, perekrutan yang lesu, dan ketidakpastian politik.
Konsultan Korn Ferry menilai, banyak karyawan yang kini lebih memilih menahan diri daripada mengambil risiko pindah. Ia bilang, fenomena yang dihadapi generasi milenial dan Z ini berpegangan ada pekerjaan sebab khawatir sulit mendapatkan pekerjaan baru.
"Mereka berpegang erat pada pekerjaan seperti investor yang memilih menunggu di pinggir lapangan," kata Matt Bohn, konsultan eksekutif Korn Ferry dikutip CNBC International, Jumat (19/9/2025).
Data di Amerika Serikat (AS) mendukung tren ini. Tingkat pengunduran diri sukarela di AS sejak awal 2025 hanya 2%, level terendah dalam hampir satu dekade. Artinya, karyawan makin enggan melepaskan pekerjaan yang sudah digenggam.
Survei ZipRecruiter juga mencatat, pekerja yang sama sekali tidak yakin akan ketersediaan lowongan kerja meningkat menjadi 38% pada kuartal-II (Q2) 2025. Angka ini naik dari 26% tiga tahun lalu.
"Pasar tenaga kerja saat ini stagnan, baik dari sisi perekrutan, PHK, maupun pengunduran diri," ujar Direktur Riset Ekonomi di Indeed Hiring Lab, Laura Ullrich.
Konsultan eksekutif di Korn Ferry, Matt Bohn juga menilai tren ini wajar. Apalagi, di tengah ketidakpastian global.
"Seperti investor yang memilih menunggu di pinggir lapangan, pekerja pun lebih memilih bertahan daripada mengambil risiko pindah kerja," jelasnya.
Perlambatan ekonomi juga memperburuk situasi, di mana dengan suku bunga tinggi, perusahaan enggan berekspansi dan cenderung menahan perekrutan. Data terbaru menunjukkan rasio lowongan kerja terhadap pengangguran di AS turun dari 2:1 pada Maret 2022 menjadi sekitar 1:1 pada Juni 2025.
Meski terlihat aman, job hugging punya sisi negatifnya. Pekerja yang terlalu lama bertahan berpotensi kehilangan peluang kenaikan gaji karena sejarah menunjukkan pekerja yang pindah biasanya mendapat kenaikan upah lebih besar dibanding yang tetap di posisi lama.
Selain itu, terlalu nyaman bisa membuat pekerja stagnan dan kurang berkembang. Pada akhirnya, pekerja tidak kompetitif ketika pasar tenaga kerja kembali bergairah.
"Jika kinerja dinilai tidak lagi memenuhi standar, perusahaan bisa saja memutuskan hubungan kerja," kata Bohn.
(miq/miq)