Terungkap Alasan ada Sensasi seperti ingin Jatuh saat Pesawat Take Off

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Selasa, 16/09/2025 13:00 WIB
Foto: Ilustrasi pesawat. (Aristya Rahadian/CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak penumpang pesawat pernah merasakan sensasi perut melayang atau seperti ingin jatuh sesaat setelah pesawat lepas landas. Meski sering menimbulkan cemas, fenomena ini ternyata normal dan bagian dari prosedur penerbangan yang aman.



Saat pesawat mulai tinggal landas, mesin bekerja pada tenaga maksimal. Flap dan slat sayap dibuka untuk menambah daya angkat pada kecepatan rendah.

Posisi hidung pesawat biasanya menanjak cukup curam, antara 10 hingga 20 derajat, sehingga penumpang merasakan dorongan kuat ke belakang. Sekitar 1.000 kaki di atas permukaan tanah, pilot akan menurunkan tenaga mesin dari "takeoff power" ke "climb power". Tujuannya menjaga umur mesin, menghemat bahan bakar, dan mengurangi kebisingan.

Pada saat ini hidung pesawat sedikit diturunkan agar bisa menambah kecepatan menuju kecepatan jelajah, misalnya dari 160 knot ke 250 knot di bawah ketinggian 10.000 kaki.

"Ketika kecepatan bertambah, flap dan slat ditutup bertahap, dan sudut pesawat berkurang. Inilah momen yang sering disalahartikan penumpang sebagai 'pesawat turun'," jelas Corry Lane, kapten sekaligus direktur keselamatan di Cirrus Aviation, perusahaan jet charter berbasis Nevada, dikutip dari Reader's Digest.

Faktanya, pesawat tetap sedang menanjak. Hanya saja sudut naik lebih landai dengan suara mesin lebih tenang. Kombinasi perubahan sudut, bunyi mesin yang berkurang, serta perubahan gaya gravitasi membuat tubuh penumpang merasa seperti "jatuh".

Sensasi ini dapat terasa lebih kuat di bandara dengan aturan khusus pengurangan kebisingan, seperti John Wayne Airport di California, yang mengharuskan pilot segera menurunkan tenaga mesin setelah takeoff. Kondisi geografis seperti bandara di daerah pegunungan atau pantai juga bisa memicu perubahan konfigurasi pesawat yang lebih cepat. Udara yang tenang justru membuat ilusi ini terasa lebih jelas karena tidak ada turbulensi yang mengaburkan perubahan gerakan.

Apakah Berbahaya?
Lane menegaskan sensasi ini umumnya hanya berlangsung sekitar 20 detik dan bukan tanda bahaya. Hal yang perlu diwaspadai justru bila terjadi penurunan tajam yang tidak kembali naik, suara mesin tidak wajar, reaksi panik kru kabin, atau instruksi darurat dari pilot.

Selama tidak ada tanda-tanda tersebut, penumpang tak perlu khawatir. "Pilot berlatih secara rutin di simulator untuk memastikan kemampuan mengelola kecepatan dan konfigurasi pesawat di fase kritis ini," kata Lane.

Bagi penumpang yang sensitif, duduk di dekat sayap bisa membantu karena gerakan terasa lebih stabil. Sementara posisi di bagian belakang pesawat justru membuat sensasi lebih kuat. Mengalihkan perhatian dengan film, musik, atau percakapan, serta latihan pernapasan juga bisa membantu mengurangi kecemasan.



(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kosmetik Tumbuh Pesat, Uji Keamanan Produk Disorot