
Sosok Lucy Guo, Miliarder Wanita Termuda Kalahkan Taylor Swift

Jakarta, CNBC Indonesia - Lucy Guo, di usianya yang baru 30 tahun, telah menjadi miliarder perempuan termuda di dunia yang merintis usahanya sendiri.
Melansir Forbes, Lucy Gou sukses menjadi miliarder perempuan termuda di dunia yang merintis usahanya sendiri. Kekayaan perempuan ini telah mencapai sekitar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 21,87 triliun (asumsi kurs Rp 16.825/US$). Kekayaannya bahkan mengalahkan bintang pop Taylor Swift yang sekitar US$ 1,2 miliar.
Kekayaan Guo banyak berasal dari kepemilikan sahamnya di Scale AI, perusahaan pelabelan data kecerdasan buatan yang ia dirikan bersama rekannya pada 2016.
Dibesarkan di Fremont, California, oleh orang tua imigran China, Lucy Gou menunjukkan jiwa bisnis sejak usia muda. Dia pernah berjualan kartu Pokémon hingga aset game. Guo kemudian kuliah di Carnegie Mellon University tetapi keluar untuk mengikuti Thiel Fellowship, yang akhirnya membuat dia menjadi salah satu pelopor dalam teknologi AI, modal ventura, dan ekonomi kreator.
Profil Lucy Guo
![]() |
Lucy Guo lahir di Amerika Serikat (AS) pada 14 Oktober 1994. Namanya dikenal sebagai salah satu pendiri perusahaan AI bernama Scale AI dan juga menjadi seorang influencer.
Orang tuanya merupakan imigran China yang bekerja sebagai insinyur listrik. Masa kecilnya dihabiskan di Fremont, California, AS.
Guo merupakan seorang mahasiswa jurusan ilmu komputer di Carnegie Mellon. Namun perkuliahannya tidak pernah selesai alias putus kuliah karena dia memutuskan untuk mengambil Beasiswa Thiel. Pada 2016, ia membangun Scale AI saat usianya 21 tahun, bersama Alexandr Wang. Wang menjadi CEO-nya, Guo bertugas menjalankan tim operasi dan desain produk di perusahaan tersebut.
"Pengalaman pertama saya yang sesungguhnya dengan dunia teknologi profesional adalah Beasiswa Thiel. Tentu saja, saya mempelajari ilmu komputer dan interaksi manusia-komputer di Carnegie Mellon sebelum ini. Namun, menjalani kehidupan startup secara penuh waktu adalah titik balik utama yang membawa saya bertemu dengan orang-orang yang berpikiran sama, yang memiliki keingintahuan yang sama, terhadap inovasi dan teknologi terkini, seperti AI," ujarnya.
Dua tahun kemudian, kesuksesan startup milik dua anak muda berhasil membawa keduanya masuk daftar 30 Under 30 versi Forbes pada 2018. Namun, di tahun yang sama juga, keduanya tidak sejalan hingga Guo berakhir dipecat.
Setelah meninggalkan Scale AI, Guo melanjutkan kiprahnya lewat Backend Capital, firma venture capital yang ia dirikan, serta startup barunya, Passes, yang mengembangkan platform monetisasi bagi para kreator digital.
Lucy Gou telah menjadi panutan bagi perempuan di bidang teknologi. Dia menantang stereotip dan membuktikan bahwa kepemimpinan dalam AI dan modal ventura tidak dibatasi oleh gender.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
