Di Mana Harus Simpan Uang saat Ada Banyak Demo?

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
01 September 2025 09:50
Ilustrasi Perencanaan Keuangan
Foto: Ilustrasi Perencanaan Keuangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidakpastian global kerap mengguncang pasar keuangan. Hal serupa kini terasa di Indonesia, ketika gejolak politik dan aksi demonstrasi rakyat di dalam negeri menambah kekhawatiran investor dan masyarakat.

Kondisi ini mengingatkan pada situasi dunia saat invasi Rusia ke Ukraina beberapa tahun lalu. Kala itu, pasar global sempat bergejolak hebat, namun Chief Investment Officer Liberty Wealth Advisors, Don Bennyhoff menilai, sejarah menunjukkan kepanikan jangka pendek biasanya tidak sejalan dengan kinerja investasi jangka panjang.

"Melakukan perubahan radikal di tengah ketidakpastian biasanya justru berakhir dengan penyesalan," kata Don Bennyhoff dikutip dari CNN International, Senin (1/9/2025).

Lonjakan harga energi, pangan, hingga spekulasi politik bisa memicu kepanikan. Namun para perencana keuangan menilai keputusan keuangan sebaiknya tidak diambil hanya berdasarkan reaksi emosional atas berita-berita harian.

Managing Director di Charles Schwab, Rob Williams mengingatkan, tetap tenang sering kali lebih sehat bagi portofolio. "Tetap bertahan mungkin menguras emosi, tapi itu bisa jadi pilihan terbaik untuk jangka panjang," ujarnya.

Siapkan Dana Darurat

Di tengah ketidakpastian politik dalam negeri, penting memastikan kebutuhan jangka pendek tetap aman. Williams menyarankan agar masyarakat menyiapkan kas, dana pasar uang, atau instrumen pendapatan tetap jangka pendek untuk membayar pajak, biaya darurat, maupun kebutuhan besar seperti pendidikan atau cicilan rumah.

Bagi mereka yang mendekati masa pensiun, memiliki dana likuid setidaknya setahun pengeluaran sangat disarankan. Di luar itu, investasi dengan risiko rendah seperti obligasi jangka pendek bisa disiapkan untuk dua hingga empat tahun kebutuhan.

Gejolak politik kerap menguji seberapa besar toleransi risiko investor. Saat pasar sedang tenang, orang bisa merasa tahan banting. Namun saat gonjang-ganjing politik terjadi, risiko terasa lebih nyata.

"Definisi risiko itu beragam. Ada yang menganggap risiko adalah kehilangan nilai, ada juga yang melihatnya sebagai berkurangnya daya beli karena inflasi," jelas Bennyhoff.

Selain itu, dengan pasar saham yang sempat mencetak rekor dalam beberapa tahun terakhir, para ahli menyarankan investor untuk melakukan rebalancing portofolio. Daripada hanya bertumpu pada saham bertumbuh (growth stocks), sebagian aset bisa dialihkan ke saham dividen atau instrumen yang lebih stabil.

Investasi Bertahap

Bagi masyarakat yang baru saja memperoleh dana besar, baik dari bonus, penjualan aset, maupun warisan investasi sebaiknya dilakukan bertahap.

"Sebar investasi secara berkala, bukan sekaligus. Berita minggu ini akan berbeda dengan minggu depan," kata perencana keuangan Mari Adam.

Ketidakpastian politik dalam negeri jelas menimbulkan kekhawatiran. Namun seperti ditekankan para perencana keuangan global, keputusan terbaik adalah tetap rasional.

"Ambil keputusan berdasarkan fakta, tujuan, dan toleransi risiko pribadi. Setelah itu, lepaskan beban pikiran berlebihan," ujar Adam.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jumlah Tabungan Ideal Saat Usia 30 Tahun Menurut Ahli Keuangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular