54% Warga Indonesia Hidup dari Gaji ke Gaji, Tak Ada Tabungan

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
15 August 2025 08:00
Sejumlah pekerja menyantap makan siang di pusat kuliner di kawasan Jakarta, Jumat (6/9/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah pekerja menyantap makan siang di pusat kuliner di kawasan Jakarta, Jumat (6/9/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hidup dari gaji ke gaji tanpa tabungan menjadi kenyataan bagi banyak pekerja di Asia Tenggara. Data riset ADP 2025 menunjukkan, ada sekitar 54% warga Indonesia yang langsung menghabiskan gajinya setiap bulan, tanpa menyisakan dana untuk tabungan.

Di tingkat Asia Tenggara, kondisi terparah terjadi di Singapura di mana ada 60% pekerja mengaku hidup dari gaji ke gaji. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata Asia-Pasifik (48%) dan melampaui negara-negara seperti Indonesia (54%) dan Thailand (52%).

Fenomena ini mencerminkan pergeseran perilaku finansial di tengah lonjakan biaya hidup. Banyak pekerja kini lebih memprioritaskan pengeluaran untuk gaya hidup, pengalaman, dan self-care dibanding menabung atau berinvestasi jangka panjang.


Biaya Hidup Tinggi, Gaji Riil Turun

Manajer kekayaan di PhillipCapital, Joshua Lim menyebut sebagian pekerja kini masuk kategori "100% spender" atau pengeluaran penuh tanpa tabungan. Dorongan untuk memiliki gaya hidup tertentu, termasuk kepemilikan mobil mewah, membuat sebagian orang bahkan menghabiskan uang yang belum mereka terima melalui skema buy now, pay later (BNPL).

Di Indonesia, penyaluran BNPL oleh multifinance naik 54,26% per Mei 2025, mencapai Rp8,58 triliun.



Tantangan Bagi ASEAN

Meski Singapura mencatat persentase tertinggi, fenomena serupa mulai terlihat di negara-negara ASEAN lain, terutama di kota-kota besar dengan biaya hidup tinggi. Lonjakan harga hunian, makanan, dan transportasi di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Manila menjadi tantangan bagi pekerja untuk menyisihkan tabungan.

Kenaikan konsumsi pascapandemi juga membuat sebagian pekerja lebih memilih membelanjakan uangnya untuk liburan, hiburan, dan gaya hidup. Jika tren ini berlanjut, para ekonom memperingatkan bahwa banyak rumah tangga di ASEAN bisa menghadapi risiko finansial saat menghadapi krisis atau kehilangan pekerjaan.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Petaka PHK di mana-mana, Berapa Jumlah Tabungan yang Harus Ada?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular