Kisah Pilu 3 Saudara Disabilitas & Keterbelakangan Mental di Wonogiri

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Senin, 11/08/2025 08:59 WIB
Foto: Potret tiga bersaudara disabilitas di Wonogiri, Jawa Tengah. (Dokumentasi BerbuatBaik.id)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di sudut tenang Dusun Gupakan, Desa Pucung, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, hidup tiga bersaudara dalam kondisi yang penuh keterbatasan. Rinem, Kisut dan Cikrak.

"Rinem sang kakak penyandang disabilitas mental dan intelektual kalau di ajak ngomong kadang nyambung kadang enggak. Kisut anak tengah dan laki-laki sendiri mengalami bisu tuli dan sang bungsu, Cikrak, mengalami gangguan mental dan tidak dapat bicara" ujar Pak Yoyo, relawan berbuatbaik.id.

Sang ibu telah meninggal tiga tahun lalu. Sehingga tinggallah kakak beradik ini yang harus menyambung hidup dari belas kasih tetangganya. Hanya Rinem serta adik bungsu perempuannya yang bertahan hidup di rumah kecil mereka. Sementara Kisut, anak tengah, kini lebih banyak berpindah-pindah dan bergantung pada kebaikan tetangga.


Keluarga ini tidak memiliki kerabat dekat yang tinggal di sekitar. Mereka benar-benar hidup sendiri. Meskipun begitu, warga sekitar tak lantas menjauhi. Di saat mereka hanya berharap bisa bertahan hidup, masih ada tangan-tangan tak bertanggung jawab yang tega mengambil hak mereka.

"Mengganggu enggak, namun malah terkadang keluarga Rinem yang diganggu. Dulu kalau dapat bantuan uang sering dicuri orang," ujarnya lagi.

Untuk bertahan hidup, mereka sepenuhnya mengandalkan bantuan dari warga sekitar dan bantuan pemerintah yang datang tak menentu. Warga biasanya memberikan sembako dan jika ada bantuan berupa uang, akan langsung dititipkan ke warung sekitar agar keluarga ini bisa membeli kebutuhan secara aman dan terkontrol.

Pemerintah desa juga telah membantu membangun rumah bagi mereka. Rumah tersebut kini berdinding tembok, namun belum bisa dikatakan layak. Di rumah itu, tak ada perabotan yang banyak, tak ada tempat nyaman untuk bersandar. Hanya tembok kosong dan lantai tanah yang menemani hari-hari mereka.

Bantuan sembako memang pernah datang, tapi hanya cukup untuk beberapa hari. Hingga kini, belum ada yang benar-benar memberi mereka harapan untuk hidup yang lebih stabil dan layak.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, pemberian bantuan dalam bentuk barang atau hewan ternak dinilai tidak efektif. Mereka pernah menerima kambing, namun sayangnya dijual oleh saudara jauhnya.

"Karena kalau hewan rawan dijual saudara jauh atau tetangga. Pernah dikasih kambing tapi dijual saudara jauhnya" ujar Pak Yoyo lagi.

Hingga saat ini, belum ada rencana untuk membawa Rinem atau saudaranya berobat. Ketiganya pun sulit berkomunikasi karena kondisi mental dan disabilitasnya. Pak Yoyo dan warga di sana berharap dengan adanya bantuan dari #sahabatbaik nantinya mereka bisa hidup lebih layak, punya makanan sehari-hari, perlengkapan dasar, dan rasa aman.

Tidak semua orang diberi kesempatan untuk hidup dengan kondisi ideal. Namun, setiap orang berhak atas kehidupan yang layak. Mari bersama-sama bantu keluarga Rinem agar bisa bertahan dan menjalani hari-hari dengan tenang.

Salurkan donasimu melalui berbuatbaik.id 100% donasi tersalurkan tanpa potongan. Bersama, kita bisa hadirkan harapan di rumah kecil Gupakan.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kisah Marshel Widianto, Dulu Susah Kini Hidup Ala Rich People