7 Pembelian Kelas Menengah yang Tak Pernah Dilakukan Orang Kaya

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
18 July 2025 07:00
Pengunjung melihat tas yang di jual di bazar post market, di Lippo Puri Indah,  Jakarta Barat,  Jumat (2/2/2018). Bazar yang berlangsung selama 1-4 februari ini menjual barang-barang merk ternama yang harganya mulai dari jutaan hingga puluhan juta rupiah. Tak sedikit orang yang berkunjung ke lokasi tersebut, kebanyakan dari mereka yang datang kalangan kelas menengah atas dan kolektor tas tas mewah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Cara seseorang membelanjakan uang bisa mencerminkan status sosial ekonomi mereka. Misalnya, ada sejumlah barang yang umumnya dibeli oleh kalangan kelas menengah, tapi tidak menarik bagi para crazy rich.

Business Insider melakukan survei hipotesis yang bertanya bagaimana seseorang akan menggunakan tambahan uang sebesar US$1.000 (sekitar Rp16,2 juta). Mayoritas responden dari kelas menengah mengatakan akan menyimpannya. Sementara, kelompok berpenghasilan rendah cenderung memilih membayar utang, sementara kelompok kaya lebih suka menginvestasikannya.

CEO Pineapple Money, Zach Larsen mengatakan, kelas menengah sering berada di tengah-tengah antara mengejar kenyamanan hidup dan tuntutan finansial. "Banyak dari mereka berfokus pada rumah yang layak, kendaraan yang andal, dan pendidikan anak. Tabungan pensiun serta asuransi juga jadi prioritas," kata Zach.

Berikut ini tujuh pengeluaran khas kelas menengah yang jarang dilakukan orang kaya, seperti dikutip dari Yahoo Finance:

1. Utang Konsumtif

Banyak warga kelas menengah terbebani utang seperti cicilan rumah, kredit mobil, hingga pinjaman mahasiswa. Berbeda dari orang kaya yang menggunakan utang untuk membeli aset produktif seperti properti, kelas menengah kerap membeli barang konsumtif secara kredit.

"Kendaraan mahal, barang mewah, atau kebutuhan non-esensial sering kali dibeli dengan utang," kata pakar keuangan Jacquesdu Toit.

2. Biaya Pendidikan

Investasi besar dalam pendidikan menjadi prioritas utama bagi kelas menengah, baik untuk sekolah swasta maupun perguruan tinggi. Menurut Rob Whaley dari Horizon Finance Group, pendidikan dianggap sebagai jalan untuk naik kelas sosial dan ekonomi.

Namun Toit mengingatkan, pendidikan juga bisa jadi jebakan jika jalurnya tidak sesuai minat atau prospek kerja. "Misalnya mengambil jurusan seni murni memang mengikuti passion, tapi belum tentu menjamin pendapatan stabil," katanya.

3. Properti

Kepemilikan rumah adalah pengeluaran signifikan lainnya. CEO Sell Quick California, Marc Afzal menyebut kelas menengah umumnya membeli rumah suburban demi ruang dan kenyamanan, berbeda dengan orang kaya yang punya banyak properti premium dan kalangan bawah yang lebih sering menyewa.

4. Gadget Terbaru

Kelas menengah kerap membeli produk bermerek non-luxury, misalnya gadget, pakaian, atau peralatan rumah tangga kelas menengah. "Kadang mereka terjebak keinginan untuk selalu mengikuti tren, meski harus berutang," kata Whaley.

5. Mobil Mahal dengan Cicilan Panjang

Menurut money coach Mary Vallieu, banyak keluarga kelas menengah membeli mobil seharga Rp800 juta hingga Rp1 miliar dengan cicilan tujuh atau delapan tahun. Sementara kalangan kaya membeli mobil tunai dan kelompok miskin umumnya memakai mobil bekas atau hibah keluarga.

6. Paket Wisata

Alih-alih liburan eksklusif ala orang kaya, kelas menengah memilih paket wisata yang dianggap hemat tapi tetap memberikan pengalaman. Konser, acara hiburan, dan traveling juga menjadi pengeluaran rutin mereka.

7. Peralatan Dapur Mahal

Kelas menengah cenderung membeli versi lebih baik dari kebutuhan dasar - seperti HP mahal dan alat dapur premium. "Mereka tak selalu memilih barang terbaik, tapi tetap ingin fitur lebih," ujar Jake Claver dari Digital Ascension Group.

Meski kelas menengah mampu menikmati gaya hidup lebih nyaman, pakar menyarankan agar pengeluaran mereka tetap diarahkan untuk menciptakan keamanan finansial jangka panjang.

"Salah satu kunci membangun kekayaan adalah menyesuaikan belanja dengan nilai dan manfaat jangka panjang," kata Toit. Ia menekankan pentingnya investasi, membangun bisnis, dan otomatisasi pengelolaan keuangan.

"Tujuannya bukan sekadar punya penghasilan, tapi membangun gaya hidup berkelanjutan yang memungkinkan pertumbuhan tanpa tekanan keuangan berlebihan," imbuhnya.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Investasi Emas Pakai Sistem Cicilan? Baca Ini Dulu!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular