
Jangan Bingung, Ini 7 Perbedaan Sekolah Rakyat dan Sekolah Biasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Program Sekolah Rakyat 2025-2026 sudah dimulai, Senin (14/7/2025). Meski demikian, masih masih banyak masyarakat yang bingung antara Sekolah Rakyat dan Sekolah Biasa.
Ternyata, program baru yang digagas pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini memiliki perbedaan dari segi kurikulum hingga sarana dan prasarana dengan sekolah negeri biasa.
Sekolah Rakyat dihadirkan sebagai alternatif pendidikan gratis dan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Sehingga sekolah rakyat tidak memungut biaya sedikitpun bagi muridnya.
Berbeda dengan sekolah negeri, walaupun masih dibiayai pemerintah, tetapi umumnya masih memiliki pungutan biaya sesuai dengan ketentuan sekolah. Perbedaan Sekolah Rakyat dan sekolah biasa mengutip CNNIndonesia (15/7/2025). Berikut beberapa perbedaan antara Sekolah Rakyat yang digagas pemerintah dan sekolah biasa
1. Kurikulum dan pendekatan belajar
Sekolah Rakyat menggunakan Kurikulum Nasional seperti sekolah biasa. Namun, pendekatannya lebih personal dan fleksibel. Sekolah ini menerapkan sistem multi-entry dan multi-exit, yang artinya siswa bisa masuk kapan saja dan menyelesaikan pendidikan sesuai capaian belajarnya masing-masing.
Sementara itu, sekolah biasa mengikuti kalender akademik nasional. Siswa hanya bisa mendaftar di awal tahun ajaran dan proses belajar berlangsung secara kolektif, tanpa penyesuaian pada kondisi masing-masing siswa.
2. Biaya dan akses pendidikan
Perbedaan paling mencolok adalah biaya pendidikan. Sekolah Rakyat memberikan pendidikan 100 persen gratis, termasuk asrama, makan, seragam, dan kebutuhan dasar lainnya. Seluruh biaya ditanggung oleh negara.
Sedangkan sekolah biasa, baik negeri maupun swasta, umumnya hanya memberikan pembebasan biaya sebagian atau terbatas. Biaya tambahan seperti seragam, perlengkapan sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler masih menjadi tanggungan orang tua.
3. Target peserta didik
Sekolah Rakyat menyasar anak-anak dari keluarga termiskin, yakni yang masuk kategori Desil 1 dan 2 dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Bahkan, anak jalanan dan mereka yang tidak tercatat di Dapodik juga diprioritaskan.
Sebaliknya, sekolah biasa terbuka untuk semua kalangan tanpa mempertimbangkan latar belakang ekonomi secara spesifik. Seleksi masuk lebih fokus pada prestasi akademik atau zonasi wilayah.
4. Fasilitas pendidikan
Sebagai sekolah berasrama, Sekolah Rakyat dilengkapi dengan fasilitas lengkap seperti laboratorium, gedung serbaguna, fasilitas olahraga, dan asrama. Tujuannya agar siswa mendapat lingkungan belajar yang kondusif dan terintegrasi.
Sekolah biasa tidak selalu memiliki fasilitas selengkap ini. Banyak sekolah negeri atau swasta yang bergantung pada kemampuan anggaran atau bantuan dari pemerintah dan masyarakat.
5. Tujuan pendidikan
Visi Sekolah Rakyat adalah mencetak agen perubahan dari keluarga miskin yang mampu memutus rantai kemiskinan. Misi pendidikannya mencakup kepemimpinan, ketangguhan, dan penanaman nilai luhur.
Sekolah biasa cenderung menekankan pencapaian akademik dan kesiapan siswa untuk jenjang pendidikan berikutnya, tanpa fokus khusus pada pemberdayaan ekonomi keluarga.
6. Seleksi siswa dan guru
Proses seleksi siswa di Sekolah Rakyat mencakup verifikasi data ekonomi, tes akademik, psikotes, pemeriksaan kesehatan, hingga pengukuran IQ. Guru yang mengajar pun diseleksi ketat oleh BKN dan Kemendikdasmen.
Sekolah biasa tidak selalu melakukan seleksi seperinci ini. Umumnya hanya seleksi akademik atau zonasi bagi siswa, dan guru ditentukan oleh kebijakan sekolah masing-masing.
7. Pendanaan dan pengelolaan
Sekolah Rakyat dikoordinasikan oleh Kementerian Sosial, sementara guru direkrut oleh BKN dan Kemendikdasmen. Pendanaannya sepenuhnya berasal dari negara.
Di sisi lain, sekolah biasa dikelola oleh Dinas Pendidikan daerah atau yayasan swasta. Pendanaan berasal dari pemerintah daerah, sumbangan masyarakat, atau biaya pendidikan dari orang tua.
Artikel selengkapnya >>> Klik di sini
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo: Indonesia Harus Masuk Piala Dunia, Itu Tekad Kita!