Tips dari Terapis Saat Bertengkar dengan Pasangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam setiap hubungan, konflik adalah hal yang wajar terjadi. Namun, cara kita merespons konflik itulah yang sering kali menentukan arah hubungan ke depan-apakah semakin membaik atau justru memburuk. Tak jarang, emosi yang meledak di saat bertengkar justru memperkeruh suasana dan melukai perasaan pasangan. Di sinilah pentingnya kemampuan menahan diri, bahkan hanya untuk beberapa detik, sebelum mengeluarkan kata-kata yang bisa berujung penyesalan.
Dalam sebuah wawancara bersama TODAY, terapis pasangan bersertifikat dari Gottman Institute, Sinead Smyth, mengungkapkan kebiasaan sederhana namun berdampak besar yang ia terapkan dalam kehidupan rumah tangganya sendiri. Ia menekankan pentingnya menahan diri sebelum merespons saat sedang berselisih dengan pasangan.
Smyth menyarankan agar seseorang memberi jeda beberapa detik sebelum bicara, khususnya di tengah konflik. Menurutnya, apa pun yang diucapkan dalam kondisi emosi biasanya tidak akan terdengar baik atau membangun. Ia sendiri membiasakan untuk berhenti sejenak selama tiga detik sebelum merespons, agar bisa mempertimbangkan apakah sesuatu perlu dikatakan dan bagaimana menyampaikannya dengan cara yang lebih baik.
Kebiasaan ini bukan tanpa alasan. Smyth menjelaskan bahwa dalam hubungan jangka panjang, banyak konflik sebenarnya tidak benar-benar selesai, tapi lebih pada bagaimana pasangan saling menerima perbedaan yang ada. Maka daripada terus memperdebatkan siapa yang benar atau salah, lebih baik fokus pada cara menyampaikan pendapat tanpa menyakiti perasaan pasangan.
Penelitian pun mendukung pandangan ini. Ada kaitan yang kuat antara sikap saling merendahkan atau mengkritik secara berlebihan dengan meningkatnya risiko perceraian. Hal inilah yang oleh John dan Julie Gottman dikenal sebagai bagian dari "empat penunggang kuda" dalam konflik rumah tangga-yaitu kritik, sikap defensif, penghinaan, dan menarik diri.
Sebagai langkah awal, Smyth menyarankan agar siapa pun yang sedang terlibat dalam pertengkaran mencoba memberi jeda, meskipun hanya beberapa detik. Selain itu, jika memungkinkan, cobalah mengalihkan respons dari kritik menjadi komentar yang lebih positif. Tujuannya bukan untuk mengabaikan masalah, tapi untuk menciptakan suasana yang lebih tenang dan terbuka dalam komunikasi.
Melalui pendekatan ini, hubungan bisa dibangun bukan hanya berdasarkan siapa yang paling benar, tapi pada komitmen untuk saling memahami dan tumbuh bersama.
(dag/dag)
[Gambas:Video CNBC]
