Begini Cara Membedakan Rasa Lapar Emosional & Lapar Beneran

Linda Sari Hasibuan, CNBC Indonesia
Rabu, 09/07/2025 10:55 WIB
Foto: Ilustrasi antre makanan. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sering merasa lapar atau lapar secara emosional adalah hal yang berbeda. Kendati demikian, beberapa orang sulit membedakan antara rasa lapar yang sebenarnya dengan lapar karena keinginan sesaat.


Mengutip Healthline, makan sebagai respons terhadap emosi disebut makan emosional. Hampir semua orang terkadang melakukannya dan jika Anda menuruti rasa lapar ini, maka Anda akan makan saat tubuh tidak benar-benar membutuhkan makanan.

Bagi sebagian orang, rasa lapar ini biasanya muncul tiba-tiba dan ketika waktu tersebut datang, Anda merasa ingin segera makan, hingga merasa bersalah setelah makanannya habis.

Sebagai contoh, makan karena stres, lapar karena mencium aroma yang lezat, atau hidangan yang menggugah selera.

Mengetahui lapar palsu atau tidak memungkinkan Anda membuat keputusan yang sadar tentang kapan, apa, dan bagaimana Anda makan. Akan ada saat-saat ketika makanan menjadi bagian dari penanganan emosi yang besar.

Penyebab lapar palsu
Hampir semua hal dapat memicu keinginan untuk makan. Alasan eksternal umum untuk makan karena emosi mungkin meliputi, stres kerja, kekhawatiran finansial, masalah kesehatan dan ada masalah dalam hubungan.

Selain itu, orang yang mengikuti diet ketat atau memiliki riwayat diet lebih mungkin untuk makan karena emosi.

Penyebab internal potensial lainnya meliputi:
- kurangnya kesadaran introspektif (menyadari apa yang Anda rasakan)
- alexithymia (kurangnya kemampuan untuk memahami, memproses, atau menggambarkan emosi)
- disregulasi emosi (ketidakmampuan untuk mengelola emosi)
- sumbu stres hipotalamus pituitari adrenal (HPA) terbalik (respons kortisol yang kurang aktif terhadap stres)

Makan karena emosi sering kali merupakan perilaku otomatis. Semakin banyak makanan dikonsumsi untuk mengatasi masalah, maka semakin terbentuk kebiasaan tersebut.

Lapar palsu bukan gangguan makan
Makan karena emosi sendiri bukanlah gangguan makan. Itu bisa menjadi tanda gangguan makan, yang dapat menyebabkan perkembangan gangguan makan.

Gangguan pola makan dapat meliputi:
- sangat kaku dalam memilih makanan
- memberi label pada makanan sebagai "baik" atau "buruk"
- sering melakukan diet atau pembatasan makanan
- sering makan sebagai respons terhadap emosi, bukan rasa lapar secara fisik
- waktu makan tidak teratur
- pikiran obsesif tentang makanan yang mulai mengganggu kehidupan Anda
- makanan yang Anda anggap "tidak sehat"

Menurut Academy of Nutrition and Dietetics, gangguan makan didiagnosis ketika perilaku makan seseorang memenuhi kriteria tertentu. Banyak orang memiliki perilaku makan yang tidak teratur tetapi tidak memenuhi kriteria gangguan makan.

Anda tidak perlu didiagnosis dengan gangguan makan untuk mencari pertolongan. Anda berhak memiliki hubungan yang baik dengan makanan. Jika Anda merasa mungkin memiliki perilaku makan yang tidak teratur, bicarakan dengan profesional kesehatan mental atau ahli diet terdaftar.

Rasa lapar emosional vs rasa lapar fisik
Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana cara membedakan antara rasa lapar emosional dan fisik. Hal ini bisa jadi sulit. Terkadang, keduanya merupakan kombinasi.

Jika Anda belum makan selama beberapa jam, atau secara umum tidak makan cukup dalam sehari, kemungkinan besar Anda akan mengalami makan emosional.

Berikut beberapa petunjuk untuk membantu Anda membedakannya. Orang yang mengalami makan emosional mungkin merasa:
- tidak terkendali saat makan makanan tertentu
- dorongan untuk makan saat mereka merasakan emosi yang kuat
- dorongan untuk makan bahkan saat mereka tidak lapar secara fisik
- makanan seperti menenangkan atau memberi mereka hadiah


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Cantik Tak Kenal Krisis, Bisnis Kosmetik Tetap Bersinar