Mengenal Nature Bathing, Tren Detoks Digital ala Gen Z
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kesibukan dan banjir notifikasi digital, banyak anak muda kini melirik cara baru untuk menenangkan pikiran, salah satunya nature bathing. Bukan sekadar liburan ke alam, praktik ini mengajak orang benar-benar hadir dan hening di tengah alam, tanpa layar dan tanpa distraksi.
Tren ini makin populer di kalangan masyarakat kota yang lelah akan rutinitas dan dunia digital. Melansir Times of India, laporan tren terbaru dari platform pencarian visual menunjukkan semakin banyak orang yang tertarik melakukan detoks digital dan menjadikan alam atau buku tenang sebagai pelariannya.
Apa Itu Nature Bathing?
Nature bathing atau forest bathing berasal dari istilah Jepang Shinrin-yoku, yaitu praktik menghabiskan waktu secara tenang di alam seperti di taman, hutan, atau kebun. Bukan untuk berolahraga, tapi untuk melambat, menggunakan pancaindra, dan menikmati momen.
Pencarian terkait "relaksasi di alam" naik 32. Selain itu, pencarian "retret alam" naik 72% dan "pemandangan alam yang indah" naik 207% hingga pencarian "hutan dengan air" naik 174%
Semua ini menunjukkan meningkatnya ketertarikan generasi muda terhadap pengalaman alam yang tenang dan menyegarkan. Sayli Zantye, seorang arsitek muda dari Mumbai, sempat kewalahan dengan notifikasi dan rutinitas yang membosankan. Ia mencoba yoga, tapi menemukan kedamaian lebih dalam lewat nature bathing.
"Saya duduk diam, mengamati sekitar, kadang menggambar apa yang saya lihat. Rasanya bukan cuma menenangkan, tapi juga menghubungkan saya dengan diri sendiri," kata ia.
Bagi banyak orang pun akhir pekan adalah waktu rutin untuk mengisi ulang energi di alam. Menurut psikolog klinis Dr Maitri Thakker, suasana alami seperti udara segar, suara alam, dan cahaya matahari lembut dapat menenangkan sistem saraf secara alami.
"Ini membantu menurunkan hormon stres seperti kortisol, memperbaiki suasana hati, dan mendorong kesadaran yang lebih mendalam," jelasnya.
Meski waktu tanpa perangkat di rumah tetap bermanfaat, menurutnya alam menawarkan pemulihan sensorik dan emosional yang jauh lebih kuat. "Itu bisa membuat kita merasa benar-benar segar dan lebih membumi," imbuhnya.
Mau Coba Sendiri? Ini Tipsnya:
- Mulai dari yang dekat: Jalan pagi di taman atau ruang hijau sekitar
- Tinggalkan layar: Bawa ponsel hanya untuk keadaan darurat
- Aktifkan indra: Dengarkan suara burung, rasakan angin, lihat awan
- Perhatikan detail kecil: Daun bergoyang, air mengalir, cahaya berubah
- Durasi singkat: Mulai dari 10-15 menit, perlahan tambah durasi
- Fokus ke keheningan, bukan jarak: Tak perlu ke hutan dalam, taman pun cukup
Detoks digital bukan soal berhenti total, tapi menciptakan jeda-jeda kecil yang disengaja. Menurut para ahli, satu hari penuh tanpa perangkat setiap minggu, terutama saat akhir pekan atau waktu bersama keluarga, bisa membantu menyeimbangkan emosi. Setiap beberapa bulan, cuti digital selama beberapa hari terutama di lingkungan alami bisa jadi tombol reset mental.
Di era serba layar, ternyata diam di alam bukan cuma menyegarkan, tapi jadi kebutuhan. Jalan kaki santai, menghirup udara segar, atau menulis jurnal di taman bisa membantu generasi muda memperlambat ritme hidup, terhubung dengan diri sendiri, dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan dunia di sekelilingnya.
(hsy/hsy)