CNBC Insight

Asal Usul Sebutan 'Hidung Belang', Ternyata Ada Kisah Kepala Dipenggal

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Kamis, 26/06/2025 14:50 WIB
Foto: Hunters Race via Unsplash

Jakarta, CNBC Indonesia - Istilah 'hidung belang; kerap diasosiasikan dengan pria yang gemar mempermainkan perempuan.

Berbeda dengan ungkapan seperti "besar tangan" yang tidak benar-benar merujuk pada ukuran tangan seseorang, istilah ini justru lahir dari kejadian nyata. Yakni, sebuah hukuman yang benar-benar melibatkan hidung yang dibikin belang.

Kisah di balik istilah ini adalah tragedi cinta dua remaja di era Batavia kolonial, yang dihukum karena menjalin hubungan terlarang di tengah larangan keras dari penguasa VOC.


Pada masa kekuasaan VOC, terdapat seorang tentara muda bernama Pieter Cortenhoeff yang bertugas di Kastil Batavia. Dia berusia 17 tahun berperawakan tampan dan punya badan gagah. Dengan penampilan fisik demikian, banyak perempuan jatuh hati. Salah satunya adalah perempuan berusia 13 tahun bernama Sara Speckx.

Menurut Alwi Shahab dalam Robinhood Betawi: Kisah Betawi Tempo Doeloe (2017), Sara merupakan anak dari Jacques Specx, seorang pejabat tinggi Belanda, hasil hubungan di luar nikah dengan seorang perempuan Jepang. Wajah Sara pun cantik khas percampuran Belanda dan Jepang.

Saat ayahnya pergi bertugas, Sara tinggal bersama Gubernur Jenderal J.P Coen di Batavia. Akibatnya, dia juga sering diajak ke Kastil Batavia dan beberapa kali bertatapan mata dengan Pieter.

Seiring waktu, perasaan jatuh dari mata ke hati. Pieter mulai menyukai Sara. Begitu pula sebaliknya. Namun, status hubungan mereka mustahil bisa terwujud. Di lingkungan istana, J.PCoen melarang aktivitas asmara sembarangan. Pelanggaran terhadap aturan ini bisa berujung pada penjara atau bahkan hukuman mati.

Tapi Pieter tak kehabisan akal. Dia menyuap penjaga benteng agar bisa bertemu diam-diam dengan Sara pada malam hari. Aksi nekat itu dilakukan berkali-kali tanpa ada yang tahu, kecuali mereka bertiga.

Hubungan rahasia mereka pun terus berjalan, seolah lupa pada ancaman berat yang bisa datang kapan saja. Sampai akhirnya, nasib sial pun tiba. Suatu malam, saat keduanya asyik bermesraan di rumah pribadi J.P Coen, mereka dipergoki petugas.

Sang pelapor langsung mengadu ke Coen. Skandal pun pecah di Batavia. J.P Coen murka dan merasa malu sebab ada anak pejabat yang menjalin asmara dengan tentara berpangkat rendah. Tanpa banyak pertimbangan, dia menjatuhkan vonis kejam, yakni hukuman mati lewat pemenggalan kepala.

Achmad Sunjayadi dalam (Bukan) Tabu di Nusantara (2018) menceritakan, banyak pendeta di Batavia mencoba membela dan meminta pengampunan. Soalnya usia mereka masih sangat muda. Namun, Coen tetap pada keputusannya.

Eksekusi pun digelar di depan Balai Kota yang kini disebut Kota Tua. Dari penjara, Pieter dan Sara diseret sambil dicambuk. Pakaian Sara dilucuti. Sedangkan wajah putih Pieter dicorat-coret hingga belang sebagai tanda dia telah berbuat asusila.

Di tengah jeritan ampunan, kepala keduanya dipenggal. Saat kepala Pieter jatuh ke tanah, penonton spontan berteriak "Hidung Belang!". Sejak saat itu, istilah 'Hidung Belang' mulai populer.

Sekarang, istilah tersebut tak hanya merujuk pada tindakan asusila, tetapi juga ke pria yang gemar mempermainkan perempuan.


(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BLACKPINK Comeback! Lagu Baru Bakal Guncang Panggung Dunia


Related Articles