Waktu Terbaik Minum Kopi Biar Panjang Umur, Jangan Asal

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Kamis, 05/06/2025 16:55 WIB
Foto: Ilustrasi seorang wanita meminum kopi. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Minum kopi ternyata tidak hanya soal rasa dan energi, tapi juga bisa berkaitan dengan umur panjang. Ada waktu terbaik untuk menikmatinya agar manfaat kesehatannya optimal.



Menurut studi terbaru yang dipublikasikan di European Heart Journal, minum kopi di pagi hari dapat membantu menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung.

Meski studi ini belum sepenuhnya menjelaskan alasan di balik manfaat tersebut, salah satu dugaan adalah bahwa minum kopi di sore atau malam hari dapat mengganggu ritme sirkadian atau jam biologis tubuh.

"Ini adalah studi pertama yang mengevaluasi pola waktu konsumsi kopi dan dampaknya terhadap kesehatan," kata peneliti utama sekaligus Direktur Pusat Penelitian Obesitas di Tulane University, New Orleans, Dr. Lu Qi seperti dikutip dari CNN International, Kamis (5/6/2025).

Dalam penelitian ini, para peneliti membandingkan dua pola konsumsi kopi, yakni hanya di pagi hari dan sepanjang hari.

Hasilnya, dibandingkan dengan orang yang tidak minum kopi sama sekali, mereka yang hanya minum kopi di pagi hari memiliki risiko kematian dini akibat berbagai penyebab 16% lebih rendah. Sementara itu, risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular tercatat 31% lebih rendah.

Sebaliknya, mereka yang minum kopi sepanjang hari tidak menunjukkan penurunan risiko serupa.

Temuan ini tetap konsisten meskipun para peneliti telah memperhitungkan berbagai faktor lain seperti pola tidur, usia, jenis kelamin, ras, etnis, pendapatan, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, kualitas diet, serta kondisi kesehatan seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi.

Selain itu, baik kopi berkafein maupun tanpa kafein tetap memberikan manfaat serupa bagi peminum di pagi hari.

Namun, penting diingat bahwa penelitian ini bersifat observasional. Artinya, studi ini belum dapat sepenuhnya membuktikan hubungan sebab-akibat.

"Penelitian ini bersifat observasional, bukan eksperimen yang merupakan standar emas," kata ahli gizi terdaftar sekaligus juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics, yang tidak terlibat dalam studi ini, Vanessa King, melalui email.



(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inovasi Rendang Low Fat, Antara Warisan dan Teknologi