Mengapa Pemilik Fortuner Sering Arogan di Jalan? Ini Kata Studi

M Fakhri, CNBC Indonesia
13 February 2025 13:30
Ilustrasi Toyota Fortuner astrido-toyota.net
Foto: Ilustrasi Toyota Fortuner (Tangkapan Layar Youtube B Channel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejadian viral yang melibatkan pengendara Fortuner kembali terjadi. Kali ini, seorang pengendara Fortuner menusuk sopir DAMRI di sebuah SPBU di Bandar Lampung. 

Ini bukan pertama kalinya pengendara Fortuner menjadi viral akibat bersikap arogan di jalanan, bahkan terlibat pertikaian bahkan hingga menyebabkan korban luka. Mengapa kejadian serupa marak terjadi?

Pada 2012 lalu, tim peneliti dari University of California memublikasikan riset berjudul "Higher Social Class Predicts Increased Unethical Behavior". Salah satu eksperimennya adalah melihat etika pengendara mobil mewah dan non-mewah saat berkendara. Hasilnya sama-sama menunjukkan kalau pengendara mobil mewah cenderung ugal-ugalan, berani memotong jalur pengendara lain, bahkan melanggar hukum.

Lalu, apa yang mendasari perilaku seperti ini?

Peneliti gabungan dari University of Illinois dan University of California pada 2012 berhasil menemukan jawabannya. Dalam riset "Social Class, Solipsism, and Contextualism: How the Rich Are Different From the Poor" penyebab orang kaya cenderung punya perilaku buruk karena munculnya sikap egois atau fokus pada dirinya sendiri. Mereka tidak ingin menjalin relasi baik dengan orang yang menurut pandangannya tidak sejalan.

Penyebab dari permasalahan ini kembali lagi pada besarnya kepemilikan sumber daya, baik uang, harta lain, atau relasi kuasa. Banyaknya sumber daya membuatnya lebih bebas meraih keinginan untuk mendapat status sosial-ekonomi.

Berkat keistimewaan itu, mereka tidak takut jika tindakannya melewati batasan norma dan etika hukum atau sosial. Sekalipun melanggar, mereka percaya punya kekebalan. Akibatnya, mereka sering merasa dirinya berkuasa.

Lain ceritanya dengan masyarakat kelas menengah ke bawah. Menurut Antony S. R. Manstead dari Cardiff University dalam "The Psychology of Social Class: How Socioeconomic Status Impacts Thought, Feelings, and Behaviour" (2018), masyarakat kelas menengah ke bawah lebih berhati-hati dalam berperilaku di masyarakat karena mereka tidak punya sumber daya besar.

Mereka sudah kesulitan karena berbagai tekanan ekonomi, lingkungan, dan permasalahan hidup lainnya. Akibatnya masyarakat kelas bawah tidak ingin mencari musuh baru sebagai konsekuensi dari perilaku tidak etis. Alhasil individu kelas bawah cenderung memiliki konsep diri yang saling bergantung.

Sikap etis yang ditonjolkan dilakukan sebagai upaya membangun kerjasama untuk menciptakan hubungan yang kuat sehingga dapat memberikan keuntungan bagi sesama. Makin rendah kelas sosial, demikian hasil riset tersebut, makin besar pula empatinya.

Meski demikian, seluruh hasil riset yang dipaparkan tidak berupaya menggeneralisir. Ada banyak orang kaya aktif di kegiatan filantropis. Begitu pula tidak sedikit orang kelas menengah ke bawah yang punya sikap tidak etis.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular