Benarkah Gempa Bumi Bakal Lebih Sering Terjadi? Ini Kata Ahli

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Kamis, 11/07/2024 08:05 WIB
Foto: Ilustrasi gempa (Getty Images/iStockphoto/Petrovich9)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan iklim bisa merusak keseimbangan planet Bumi. Hal ini, kemudian dapat menyebabkan peningkatan bencana bencana alam yang menakutkan, seperti kebakaran hutan, tanah longsor, tsunami, angin topan, dan gempa bumi.

Melansir Live Science, jenis gempa terbesar dan paling berbahaya adalah gempa tektonik. Berbeda dengan bencana lainnya, gempa bumi sangat sulit diprediksi sehingga evakuasi terencana hampir tidak mungkin dilakukan.

Menurut para ahli, perubahan iklim dapat membuat gempa lebih sering terjadi, bahkan dengan intensitas yang lebih besar. Ini karena adanya pemanasan global, gletser mencair dengan kecepatan yang semakin meningkat.


Ahli seismologi gempa di Survei Geologi Kanada dan Universitas Victoria, John Cassidy mengatakan ketika air gletser yang mencair mengalir dari daratan dan menuju laut, daratan yang dulunya berada di bawahnya akan naik.

Prinsipnya sama seperti ketika seorang anak mendorong pool noodle ke bawah permukaan lalu melepaskannya. Pool noodle akan tetap berada di bawah selama ada tekanan dari atas, namun begitu tekanan tersebut dilepaskan, maka pool noodle akan naik kembali.

Jika hal ini terjadi, perbedaan tekanan dapat menyebabkan patahan yang sebelumnya tidak aktif tiba-tiba meledak sehingga menimbulkan gempa bumi, kata Cassidy.

Menurut Marco Bohnhoff, ahli geofisika di GFZ Helmholtz Center Potsdam dan Free University Berlin di Jerman mengatakan hal yang lebih memprihatinkan dibandingkan gempa bumi akibat pencairan gletser adalah gempa bumi yang mungkin disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut. Ketika permukaan air laut naik, tekanan di bawah air di dasar laut juga meningkat.

Ketika tekanan air meningkat, tekanan pada garis patahan di dekat pantai juga akan meningkat.

"Beberapa gempa bumi terlambat dalam siklus seismiknya, termasuk gempa bumi yang diperkirakan akan terjadi di dekat San Francisco dan Los Angeles dalam beberapa dekade mendatang. Artinya, sedikit peningkatan tekanan sudah cukup untuk mempercepat jam seismik. Di banyak tempat, mungkin cukup untuk memicu gempa bumi," kata Bohnhoff kepada Live Science.

Curah hujan juga akan membuat guncangan gempa lebih terasa, karena getaran di tanah basah jauh lebih kuat dibandingkan di tanah kering.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inovasi Rendang Low Fat, Antara Warisan dan Teknologi