
Sosok Pencipta Michelin Star Ternyata Raja Ban, Begini Kisahnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak restoran di dunia mendambakan penilaian Michelin Star, baik itu hanya 1 bintang atau 3 bintang. Sebab, jika tersemat penilaian Michelin, maka sudah pasti restoran tersebut akan mengalami kenaikan pamor yang tentu bakal menambah pundi-pundi keuntungan.
Michelin sebenarnya bukan perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman, melainkan perusahaan ban. Namun, kenapa perusahaan ban malah ikut campur menilai kualitas suatu restoran?
Hal ini disebabkan karena kebutuhan pasar ketika Michelin pertama kali hadir pada 1895. Mengutip Straits Times, saat itu, Michelin memproduksi ban sepeda dan ban mobil. Tentu yang namanya produsen ban ingin produknya laku terjual. Masalahnya, jumlah kendaraan, khususnya mobil, sangat terbatas.
Di Prancis, mobil hanya dimiliki oleh orang kaya. Di tahun Michelin muncul jumlah mobil di seluruh Prancis hanya tiga ribu saja. Atas dasar ini, salah satu pendiri perusahaan, yakni Andre Michelin mencetuskan ide menarik: dibanding terus berinovasi, lebih baik mendukung orang-orang kaya agar terus-menerus membeli mobil.
Toh, jika jumlah mobil meningkat, produksi ban Michelin ikutan mengalami hal sama. Maka, Andre pun menuangkan ide tersebut ke dalam buku panduan. Buku panduan tersebut berisi informasi soal perjalanan. Mulai dari cara melepas ban, rute perjalanan, sampai rekomendasi restoran dan hotel. Semuanya dibagikan Michelin secara gratis kepada seluruh pemilik mobil.
Hal ini dilakukan Andre dengan alasan cukup sederhana, yakni supaya pemilik mobil bisa berpergian lebih sering dan lebih jauh, sehingga jadi lebih sering membeli ban merek Michelin. Saat itu Michelin jadi salah satu produsen ban yang cukup terkenal. Iklannya tersemat di berbagai majalah dan koran-koran Prancis.
![]() |
Salah satu yang jadi perhatian di buku panduan tersebut adalah rekomendasi restoran. Selama puluhan tahun membagikan buku panduan, perusahaan diam-diam melakukan penilaian terhadap banyak restoran di Eropa. Mereka meminta para ahli untuk melakukan review restoran secara senyap dengan menggunakan proses penilaian berstandar tinggi.
Hasil dari review tersebut kemudian dituangkan ke dalam buku panduan. Awalnya tidak ada rating penilaian, tetapi perlahan mulai ada dari 1 bintang hingga 3 bintang dengan kualifikasi tertentu.
Pada akhirnya, rekomendasi restoran itu berhasil menggugah rasa penasaran pemilik mobil. Mereka pun melakukan perjalanan yang membuat ban mobil aus. Di titik ini, proyeksi Andre berhasil. Para pemilik mobil kemudian membeli ban Michelin yang membuat keuntungannya meningkat.
Seiring waktu, Michelin tak lagi menggunakan buku panduan karena sudah terkenal. Meski begitu, Michelin sudah kadung terkenal sebagai pihak penilaian kualitas restoran.
Atas dasar inilah, Michelin tetap melakukan hal serupa untuk menentukan restoran berkualitas di seluruh dunia sampai sekarang. Dari ratusan ribu restoran di seluruh dunia, Michelin tercatat sudah memberikan 1 bintang ke 2.500 restoran, 2 bintang ke 500 restoran, dan 3 bintang ke 150 restoran.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Restoran Instagramable Cocok untuk Bukber, Mulai Rp100 Ribuan