
Rugi Terus, Sephora Angkat Kaki dari Korea Selatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Peritel kecantikan asal Prancis, Sephora, mengumumkan akan menutup semua tokonya di Korea Selatan.
Dalam pernyataan yang diposting di akun media sosial Sephora Korea, perusahaan tersebut mengatakan akan menghentikan semua operasinya secara bertahap, termasuk aplikasi, toko online, dan toko fisiknya.
"Dengan berat hati, kami memutuskan untuk menghentikan operasi di Korea. Mulai tanggal 6 Mei, kami akan secara bertahap mengurangi kehadiran kami di platform online, aplikasi seluler, dan toko fisik, yang pada akhirnya akan menarik diri sepenuhnya dari pasar," demikian isi postingan media sosial Sephora Korea, yang dikutip dari Korea Herald, Selasa (19/3/2024).
Sephora diluncurkan di Korea pada tahun 2019 di Distrik Gangnam, di Seoul selatan. Saat ini mereka memiliki lima toko di Korea, setelah menutup dua toko dalam dua tahun terakhir.
Sephora mengatakan akan memenuhi pending order dalam waktu enam hari sejak tanggal yang ditentukan dan mempertahankan operasional layanan pelanggan hingga pertengahan Agustus.
![]() |
Kendati pembukaan toko pertamanya di kawasan mewah Gangnam di Seoul pada bulan Oktober 2019 sukses besar, bahkan sampai ada antrean panjang pada hari pertama, kehadiran Sephora di Korea hanya bertahan kurang dari lima tahun.
Pandemi disebut sangat mempengaruhi operasional mereka di Korea, sehingga membuat strategi toko menjadi tidak efektif.
Sephora semula berencana untuk memperluas bisnisnya menjadi 14 toko pada tahun 2022, namun sayangnya mereka menghadapi kerugian operasional yang meningkat. Kerugian yang dialami Sephora meningkat dari 12,4 miliar won pada tahun 2020 menjadi 17,6 miliar won pada tahun 2022.
Meskipun Sephora berada di peringkat tiga merek teratas di bawah LVMH dalam hal penjualan global, mengoperasikan lebih dari 3.000 toko di 35 negara, Sephora gagal melampaui dominasi CJ Olive Young, unit ritel kecantikan CJ Group yang menguasai hampir 90 persen toko di seluruh Korea.
Pakar industri memandang bahwa sektor ritel kosmetik Korea menghadirkan tantangan yang signifikan bagi para pesaing, karena pola perilaku konsumen yang sangat bergantung pada loyalitas merek ritel yang sudah mapan.
"Selama satu dekade, popularitas produk kosmetik di kalangan konsumen Korea telah mengarah pada situasi di mana pilihan tidak hanya didasarkan pada merek produk itu sendiri, namun lebih pada reputasi toko ritel," kata Lee Hong-joo, seorang profesor ekonomi konsumen di Universitas Wanita Sookmyung.
Lee menganalisis bahwa keakraban Olive Young dengan konsumen menciptakan kebiasaan bagi mereka untuk mengunjungi kembali dan membeli merek yang disukai, sehingga menawarkan kenyamanan dan efisiensi dibandingkan bereksperimen dengan toko baru.
Peritel kecantikan asing bertumbangan di Korea
Keluarnya Sephora dari pasar Korea mengikuti tren penutupan ritel kecantikan lainnya selama beberapa tahun terakhir.
Lalavla milik GS Retail berhenti beroperasi pada bulan November 2022, sementara LOHB milik Lotte Shopping mengalami perampingan secara signifikan. Mereka hanya mempertahankan 10 gerai dalam toko yang berlokasi di toko Lotte Mart.
Demikian pula Boots, merek kesehatan dan kecantikan terkemuka di Inggris yang diperkenalkan oleh Shinsegae Group yang tutup di Korea dalam waktu lima tahun. Chicor milik Shinsegae tetap menjadi salah satu dari sedikit pengecer kecantikan yang masih bertahan, dengan sekitar 20 gerai di Korea.
Sementara itu, performa CJ Olive Young terus menguat. Perkiraan penjualan tahunan tampaknya akan melonjak sebesar 40 persen tahun-ke-tahun menjadi 3,9 triliun won pada tahun 2023, sementara nilai perusahaan meningkat empat kali lipat dalam tiga tahun dan mencakup 1.339 toko.
Olive Young diperkirakan mencapai margin operasi sekitar 10,7 persen tahun lalu, yang merupakan angka tertinggi yang pernah ada.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jakarta x Beauty Resmi Dimulai, Serbu Promo dari 400 Brand Kecantikan