Riset Ungkap Alasan Utama Orang Korea Selatan Ogah Punya Anak

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
05 January 2024 14:43
A volunteer takes care of a baby who was left in the baby box at Jusarang Community Church in Seoul, South Korea, December 18, 2018. Picture taken December 18, 2018.   REUTERS/Kim Hong-Ji
Foto: Ilustrasi Angka Kelahiran di Korea selatan (Reuters/ Kim Hong-Ji)

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Selatan tengah menghadapi masalah krisis populasi lantaran penduduknya banyak yang enggak menikah dan punya anak. Sebuah laporan terbaru yang dikeluarkan lembaga penelitian negara mengungkap bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi keluarga Korea Selatan dalam memutuskan apakah akan memiliki anak atau tidak adalah biaya perumahan.

Mengutip laporan Korea Herald, para peneliti di Korea Research Institute for Human Settlements menganalisis pola angka kelahiran di negara tersebut, dengan menggunakan data dari Statistics Korea. Mereka menyimpulkan bahwa penurunan angka kelahiran sangat besar selama lonjakan biaya perumahan. Peneliti mencatat bahwa angka kelahiran cenderung tidak banyak berubah ketika harga rumah stabil.

Lewat studi ini, para peneliti menemukan korelasi antara tingkat kesuburan total (jumlah anak yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang wanita hingga akhir masa suburnya) sejalan dengan tingkat kesuburan spesifik usia yang berlaku - pada tahun tertentu dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keluarga berencana. Hal ini mencakup berbagai angka dari tahun sebelumnya, termasuk: harga rumah, harga sewa, biaya pendidikan swasta, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.

Kim Mi-sung checks her daughter's homework before leaving for school, at their home in Seoul, South Korea, December 19, 2018. Picture taken December 19, 2018.   REUTERS/Kim Hong-JiFoto: Angka Kelahiran bayi di Korea Selatan (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Kim Mi-sung checks her daughter's homework before leaving for school, at their home in Seoul, South Korea, December 19, 2018. Picture taken December 19, 2018. REUTERS/Kim Hong-Ji

Biaya tempat tinggal -- termasuk biaya membeli atau menyewa rumah -- merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi pasangan suami istri dalam memiliki anak pertama, kedua, atau ketiga, meski dampaknya sedikit berbeda.

Lebih khusus lagi, para peneliti menemukan bahwa kenaikan harga rumah sebesar 1% pada tahun tertentu menyebabkan penurunan tingkat kesuburan total sebesar 0,00203, dan kenaikan harga sewa sebesar 1% menyebabkan penurunan sebesar 0,00247.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa 30,4% keputusan pasangan menikah untuk memiliki anak pertama disebabkan oleh biaya tempat tinggal.

Jumlah siswa baru SD anjlok signifikan

Laporan sebelumnya menyebut bahwa jumlah siswa baru di Sekolah Dasar (SD) diperkirakan akan turun hingga di bawah 400.000 siswa pada tahun 2024 untuk pertama kalinya. Angka ini memberikan gambaran suram mengenai rendahnya angka kelahiran di Negeri Ginseng.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kementerian Dalam Negeri, jumlah anak yang masuk SD tahun ini berjumlah 413.056 anak pada 20 Desember. Pemerintah menghitung jumlah tersebut berdasarkan sensus yang dilakukan oleh pusat komunitas setempat hingga bulan Oktober.

Di Seoul, jumlah anak yang masuk SD tahun ini berjumlah 59.492 orang, turun 10,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlahnya menurun tajam dari 78.118 anak pada tahun 2019 menjadi 66.324 anak pada tahun 2023.

Jumlah siswa baru SD diperkirakan akan terus anjlok signifikan pada tahun-tahun mendatang karena jumlah bayi baru lahir juga menurun dengan drastis.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Korea Siapkan Rp5,9 Miliar Demi Basmi Kutu Busuk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular