Krisis Seks di Korea, Orang Lebih Pilih Anjing daripada Anak
Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Selatan (Korsel), mengalami ancaman jumlah populasi akibat semakin banyak masyarakat yang tidak mau menikah dan memiliki anak.
Menurunnya angka kelahiran dan tingkat fertilitas (kesuburan) di Korea Selatan ditandai oleh sejumlah hal, salah satunya adalah tren penjualan stroller (kereta dorong) di marketplace.
Melansir dari The Korea Herald, marketplace terbesar di Korea Selatan, GMarket, melaporkan bahwa penjualan kereta dorong untuk hewan peliharaan seperti anjing dan kucing meningkat pada tahun ini, sementara itu kereta dorong bayi justru sebaliknya.
Menurut catatan GMarket selama tiga kuartal pertama tahun ini, sebanyak 57 persen dari total kereta dorong yang terjual di marketplace adalah untuk hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing. Sementara itu, kereta dorong bayi hanya menyumbang angka penjualan sebesar 43 persen.
Jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, rasio penjualan kereta dorong hewan peliharaan memang meningkat cukup signifikan. Pada 2021 dan 2022 lalu, total penjualan kereta dorong hewan peliharaan hanya 33 persen dan 36 persen.
Sementara itu, persentase penjualan kereta dorong bayi justru lebih besar pada 2021, yakni 67 persen. Lalu, penjualan kereta dorong bayi pada 2022 hanya menurun sebesar tiga persen, yakni menjadi 64 persen.
Pejabat GMarket mengatakan, tren pembelian barang-barang untuk hewan peliharaan diprediksi akan terus berlanjut di masa yang akan datang. Sementara itu, penjualan produk atau barang untuk bayi akan cenderung menurun.
GMarket mengaku bahwa perusahaan masih memerlukan analisis lebih lanjut terkait penyebab penjualan kereta dorong bayi menurun tajam pada tahun ini.
Meskipun perusahaan masih memerlukan analisis, fenomena ini menunjukkan kondisi Korea Selatan yang sedang menghadapi krisis angka kelahiran anak. Menurut laporan The Korea Herald, Negeri Ginseng tengah "menyaksikan" peningkatan tren keluarga yang lebih memilih untuk mengadopsi dan merawat hewan peliharaan daripada melahirkan anak.
Menurut Statistik Korea, tingkat kesuburan total yang mewakili jumlah rata-rata kelahiran per perempuan selama masa suburnya turun dari 1,48 pada 2000 dan 1,23 pada 2010 menjadi 0,84 pada 2020 dan 0,78 pada 2022 lalu.
Selain itu, Statistik Korea juga memprediksi bahwa tingkat kesuburan total perempuan Korea Selatan akan semakin menurun, yakni menjadi 0,72 pada 2023 dan 0,68 pada 2024 mendatang.
Seiring dengan penurunan tingkat kesuburan, jumlah bayi yang baru lahir di Korea Selatan juga tercatat mengalami penurunan, yakni dari 640 ribu pada tahun 2000 menjadi 470 ribu pada 2010.
Satu dekade kemudian alias pada 2020, angka kelahiran semakin "terjun bebas" menjadi 270 ribu. Lalu, pada 2022 lalu angka kelahiran semakin turun menjadi di bawah 250 ribu.
Sebaliknya, jumlah keluarga yang memelihara hewan peliharaan justru semakin meningkat. Menurut data terbaru Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan Korea Selatan, saat ini lebih dari 25 persen masyarakat Korea memiliki hewan peliharaan.
(hsy/hsy)