Mycoplasma Pneumonia tidak Berbahaya, Ini Penjelasan Dokter

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
06 December 2023 20:40
Ilustrasi Penyakit Pneumonia. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi Penyakit Pneumonia. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) melaporkan bahwa hingga saat ini terdapat enam total kasus terkonfirmasi mycoplasma pneumonia yang diidentifikasi sejak Oktober hingga November 2023.

Meskipun demikian, Kemenkes RI meminta masyarakat untuk tidak panik karena seluruh pasien terkonfirmasi telah sembuh. Selain itu, mycoplasma pneumonia bukanlah bakteri baru sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dr. Maxi Rein Rondonuwu, mengungkapkan bahwa mycoplasma pneumonia adalah jenis bakteri yang sudah ada sejak lama, bahkan sebelum kasus Covid-19 merebak pada akhir 2019 lalu.

"Sebelum Covid-19 itu incidence-nya 8,5 persen. Jadi, penyakit ini sudah lama ada. Cuma, memang di China itu sedang naik," papar dr. Maxi. dalam konferensi pers daring, Rabu (6/12/2023).

Lebih lanjut, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Nastiti Kaswandani, mengatakan bahwa mycoplasma pneumonia memiliki tingkat keparahan yang sangat rendah.

"Dibandingkan dengan Covid-19, influenza, atau virus pneumonia lai, seperti pneumokokus, itu keparahannya pneumonia akibat mycoplasma ini jauh lebih rendah sehingga tidak perlu ada kepanikan berlebihan di masyarakat," papar dr. Nastiti dalam kesempatan yang sama.

dr. Nastiti menjelaskan, gejala mycoplasma pneumonia umumnya jarang disadari sehingga sering disebut sebagai "walking pneumonia". Sebab, pneumonia akibat bakteri mycoplasma tidak mengganggu aktivitas normal anak-anak dan dapat diobati dengan sistem rawat jalan.

"Tidak ada yang anaknya harus diinfus, dirawat di rumah sakit, pakai oksigen. Menunjukkan anak cukup baik kondisi klinisnya sehingga dia masih bisa beraktivitas seperti biasa," jelas dr. Nastiti.

"Tata laksananya bisa rawat jalan dan pemberian obat secara diminum," lanjutnya.

Selain itu, dr. Nastiti juga mengungkapkan bahwa angka kematian akibat mycoplasma pneumonia relatif rendah, yakni hanya 0,5 sampai 2 persen. Adapun, kasus kematian akibat bakteri ini hanya dialami oleh pasien dengan penyakit komorbid.

"Mycoplasma pneumoniae ini masuk ke golongan yang atipik. Atipik berarti tidak khas gejalanya sampai timbul sesak dan dirawat, gejalanya lebih ringan. Sebetulnya memang pneumonia karena mycoplasma ini lebih ringan dibandingkan pneumonia yang kita kenal," papar dr. Nastiti.

Sebagai informasi, beberapa waktu belakangan ini, masyarakat dihebohkan oleh peningkatan kasus pneumonia 'misterius' di China yang diduga disebabkan oleh bakteri mycoplasma pneumonia.

Berdasarkan laporan media lokal China, kasus mycoplasma pneumonia memang sudah meningkat sejak Mei 2023 lalu dengan tiga per empat pasien didiagnosis sebagai infeksi mycoplasma.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mycoplasma Pneumonia Diduga Picu Penyakit Misterius di China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular