34 Hari Israel vs Hamas: Tenaga Kesehatan di Gaza Frustrasi

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
10 November 2023 14:30
Orang-orang yang terluka mendapat perawatan di Rumah Sakit Shifa setelah ratusan warga Palestina tewas dalam ledakan di rumah sakit Al-Ahli di Gaza yang saling menyalahkan oleh pejabat Israel dan Palestina, di Kota Gaza, Jalur Gaza, 17 Oktober 2023. (REUTERS/Mohammed Al-Masri)
Foto: Sejumlah orang yang terluka mendapat perawatan di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, Jalur Gaza, 17 Oktober 2023. (REUTERS/STRINGER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan Israel di Gaza, Palestina sudah berlangsung selama sebulan lebih. Berdasarkan data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 10.568 warga dilaporkan tewas dan 4.324 lainnya luka-luka.

Jumlah korban diperkirakan masih akan terus bertambah, seiring pernyataan bahwa Israel tidak akan melakukan gencatan senjata. Kondisi ini membuat para tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, staf administrasi, hingga kru penyelamat di Gaza mulai frustrasi.

Serangan tanpa henti dari Israel ke Gaza membuat para tenaga kesehatan terpaksa bekerja selama 24 jam penuh. Akibatnya, beberapa di antaranya mengalami kelelahan ekstrem, lelah secara psikologis, hingga frustrasi karena kekurangan sumber daya.

"Sebelum perang, kami bertanggung jawab untuk meredakan stres dan trauma para korban. Sekarang, giliran kami yang membutuhkan jalan keluar untuk mengatasi tubuh dan jiwa yang lelah," kata perawat Al-Daraj Medical Complex, Huda Shokry, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (10/11/2023).

Meskipun telah mengalami burnout atau lelah mental, pengawas ruang gawat darurat di Al-Daraj, Dr. Ahmed Ghoul, mengatakan bahwa para tenaga kesehatan tetap berkomitmen untuk merawat pasien korban perang.

Seorang pekerja medis membantu bayi prematur Palestina yang terbaring di inkubator di bangsal bersalin Rumah Sakit Shifa, yang menurut pejabat kesehatan akan ditutup karena kehabisan bahan bakar dan listrik, seiring konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina. Lanjut Hamas, di Kota Gaza 22 Oktober 2023. (REUTERS/Mohammed Al-Masri)Foto: Seorang pekerja medis membantu bayi prematur Palestina yang terbaring di inkubator di bangsal bersalin Rumah Sakit Shifa, yang menurut pejabat kesehatan akan ditutup karena kehabisan bahan bakar dan listrik, seiring konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina. Lanjut Hamas, di Kota Gaza 22 Oktober 2023. (REUTERS/STRINGER)

"Meskipun kekurangan hampir semua hal yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan secara efektif, kami tidak meninggalkan tempat kerja kami, baik siang atau malam, kecuali untuk ke toilet," ujar Dr. Ghoul.

"Kami sampai tak ingat hari karena kami lebih khawatir dengan ribuan orang yang terluka," lanjutnya.

Menurut laporan Al Jazeera, para tenaga kesehatan di Gaza sudah tidak memiliki tempat tidur. Tidak hanya itu, mereka juga sudah tidak memiliki waktu kesempatan untuk tidur.

Ruangan yang sebelumnya dipersiapkan untuk para tenaga kesehatan beristirahat kini telah beralih menjadi area perawatan pasien. Selain itu, tempat tidur mereka pun digunakan untuk operasi dan perawatan darurat.

Sementara itu, sebagian besar dapur rumah sakit sudah tidak berfungsi lagi karena Gaza kekurangan bahan makanan untuk staf dan pasien.

"Kami sudah lelah dengan apa yang kami saksikan. Menjadi dokter dalam perang di Gaza berarti harus kehilangan rasa takut dan kelelahan. Mustahil untuk mempertahankan jiwa dan emosi yang normal" ujar Shokry.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dokter Palestina Lulusan Indonesia Tewas Dibom Israel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular