Gawat, Anak Muda Korea Selatan Mulai Nyerah Cari Kerja

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Rabu, 25/10/2023 14:45 WIB
Foto: REUTERS/KIM HONG-JI

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir 4 dari 10 anak muda Korea Selatan sudah menjadi pengangguran selama tiga tahun terakhir. Data ini semakin menyoroti isu bahwa semakin banyak generasi muda yang sudah menyerah dalam mencari pekerjaan.

Melansir Korea Herald, menurut data Statistik Korea yang dirilis pada Minggu (22/10/2023), sekitar 218.000 warga Korea berusia 15 hingga 29 tahun belum bekerja selama lebih dari tiga tahun pada Mei 2023. Di antara jumlah golongan tersebut, 80.000 adalah mereka yang menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah tanpa mencari pekerjaan, training atau menjalani pendidikan. Badan Statistik Korea memasukkan mereka dalam kategori not in education, employment or training (NEET).


Badan tersebut juga menemukan bahwa jumlah generasi muda yang aktif secara ekonomi terus menurun, meskipun terdapat peningkatan jumlah pekerja di seluruh rentang usia.

Data yang dirilis pada 13 Oktober lalu itu menunjukkan bahwa jumlah orang yang bekerja berusia 15 hingga 29 tahun menurun sebesar 89.000. Data ini menambah panjang angka penurunan selama 11 bulan berturut-turut.

Meningkatnya jumlah pengangguran muda juga membatasi peluang mereka untuk menemukan pasangan dan memiliki anak. Laporan Korea Labour Institute juga menjelaskan bahwa status pekerjaan yang tidak stabil seperti pekerjaan tidak tetap dan paruh waktu sangat menurunkan keinginan kaum muda untuk menikah.

Alasan terbesar yang menjadi penyebab lebih dari 80 persen pria tidak menikah adalah kondisi ekonomi yang sulit. Sementara, dalam kasus perempuan, selain faktor ekonomi, mereka juga menyebutkan adanya tekanan sosial terhadap mereka untuk mengurus pekerjaan rumah tangga.

Alasan banyak anak muda menyerah cari kerja

Foto: REUTERS/KIM HONG-JI
Kim Youngsuck, an office worker, looks at his mobile phone during a lunch break in Seoul, South Korea, April 13, 2023. REUTERS/Kim Hong-Ji

Kim Sung-hee, seorang profesor di School of Labour Studies di Universitas Korea, menyebut bahwa masalah utama di balik isu ini adalah minimnya pekerjaan yang stabil dan bergaji layak.

"Pekerjaan dengan prospek bagus dan gaji layak seperti karyawan tetap di perusahaan besar dengan lebih dari 300 karyawan - jumlahnya hanya mencakup sekitar 10 persen dari seluruh pekerjaan di negara ini," ungkap Kim.

Kim Sang-bong, seorang profesor ekonomi di Universitas Hansung, menekankan bahwa peningkatan jenis pekerjaan baru, termasuk pekerja sementara dan pekerja lepas, merupakan fenomena yang telah dialami oleh negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Dia juga menyinggung soal jaring pengaman sosial yang memungkinkan masyarakat menyesuaikan diri dengan pasar kerja baru.

"Jika kita tidak dapat menciptakan posisi yang secara tradisional dianggap sebagai pekerjaan yang baik, kita harus berusaha membuat pasar tenaga kerja lebih fleksibel dengan mempersempit kesenjangan upah antara pekerja tetap dan non-reguler dan melindungi pekerja yang tidak terkena hukum," papar Kim Sang-bong.

Strategi Pemerintah Korea Selatan

Pemerintah pusat dan kota berupaya keras untuk membuat kebijakan yang mendorong generasi muda aktif secara sosial.

Wakil Menteri Tenaga Kerja Lee Sung-hee mengumumkan bahwa total 9.000 pengangguran muda akan dipilih untuk menerima dana dukungan sebesar 3 juta won tahun depan. Mereka akan mendapat program dukungan ketenagakerjaan pemerintah akan menerima subsidi tunai satu kali, konseling, dan konsultasi pencarian kerja.

Pemerintah juga berusaha meningkatkan jumlah pekerja muda dengan menginvestasikan 28,1 miliar won pada tahun 2024 untuk melaksanakan proyek-proyek pendukung, termasuk konseling pekerjaan.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BLACKPINK Comeback! Lagu Baru Bakal Guncang Panggung Dunia