4 Rahasia Pola Makan yang Bikin Anak Jepang Sehat-Sehat

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
25 October 2023 10:35
Teacher Yumemi Kanazawa, 30, Eita Sato, 15, and Aoi Hoshi, 15, the only two students at Yumoto Junior High School, attend a class a few days before their graduation and the institution's closing ceremony, in Ten-ei Village, Fukushima Prefecture, Japan, March 9, 2023. Eita and Aoi, who have been together since three, are the last two graduates of Yumoto Junior High, a public school established in 1947 that in its prosperous years sent out more than 50 graduates, but with only a few enrolments expected in the coming years, the village decided to close the school for good.
Foto: REUTERS/ISSEI KATO

Jakarta, CNBC Indonesia - Memastikan kebutuhan gizi dan nutrisi anak tercukupi adalah kewajiban setiap orang tua. Cara utama untuk mencapai hal tersebut adalah memberikan anak asupan makanan yang sehat dan memenuhi kebutuhan tubuh.

Jepang adalah negara yang dihuni oleh anak-anak sehat. Menurut UNICEF, di antara 41 negara maju di Uni Eropa dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Jepang adalah satu-satunya negara yang mencatatkan kurang dari satu dari lima anak yang mengalami kelebihan berat badan.

Melansir dari CNBC Make It, salah satu faktor yang mendorong pencapaian tersebut adalah Shokuiku. Shokuiku adalah filosofi Jepang yang mendorong orang tua dan sekolah untuk mengajarkan asal-usul makanan dan pengaruh makanan terhadap pikiran dan tubuh kepada anak.

Berikut empat hal yang dilakukan para orang tua di Jepang untuk mengajarkan anak-anak tentang makanan sehari-hari.

1. Menerapkan Shokuiku Sejak Dini

Sejak kehamilan, sebagian besar dokter di Jepang menganjurkan ibu untuk selalu mengonsumsi "Ichiju-sansai" atau makanan seimbang. "Ichiju-sansai" adalah hidangan berupa sepiring nasi, sup miso, sayuran (rumput laut atau jamur), dan protein.

Ketika anak-anak mulai tumbuh besar. Anak diwajibkan untuk belajar tentang kebiasaan makan sehat. Bahkan, pada 2005 Pemerintah Jepang mengesahkan Undang-undang (UU) tentang Shokuiku untuk mempromosikan Shokuiku.

Salah satu cara untuk mengajarkan Shokuiku adalah mengajak anak untuk memanen sayuran. Saat ini, beberapa Taman Kanak-kanak (TK) meminta para siswa memanen sayur untuk makan siang.

Sementara itu, para siswa di Sekolah Dasar (SD) mempelajari pertanian yang menghasilkan sayur-sayuran, ikan, dan makanan lainnya.

2. Mengajak Anak Menyiapkan Bekalnya Sendiri

Jika Anda hobi menonton kartun atau anime Jepang, kemungkinan Anda pernah melihat adegan para siswa sekolah yang bersama-sama menyiapkan makan siangnya di sekolah. Ternyata, aktivitas tersebut memang sudah jadi budaya di Negeri Sakura.

Lebih dari 95 persen SD dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jepang menyediakan makan siang di sekolah yang telah direncanakan oleh ahli gizi. Ketika memasuki jam makan siang, para siswa wajib berperan aktif dalam proses penyajian makan siang.

Untuk sekolah prasekolah atau TK, sebagian besar turut menyediakan makan siang. Namun, ada juga sekolah yang mewajibkan siswa membawa bento atau bekal sendiri dari rumah.

Umumnya, para guru TK akan meminta para siswa untuk menceritakan apa yang terdapat di bekal mereka. Selain membuat waktu makan siang menjadi lebih menyenangkan, anak-anak juga dapat merasa terdorong untuk mencoba makanan baru dan mengungkapkan ketidaksukaan terhadap makanan tertentu.

Orang tua di Jepang biasanya menghindari penggunaan makanan cepat saji untuk bekal anak-anak. Sebagai gantinya, mereka banyak menggunakan sayuran dan buah musiman, serta menghindari makanan tinggi lemak.

Biasanya, makanan yang menjadi andalan untuk bekal adalah ikan kod panggang dengan jagung manis dan sawi, sup minestrone, dan segelas susu.

3. Memastikan Bekal Anak Penuh Nutrisi

Ibu asal Jepang, Yuko Tamura, mengungkapkan bahwa TK di Jepang memiliki aturan tertentu untuk bekal anak, yakni dilarang membawa camilan tinggi gula atau lemak, seperti keripik, kue, atau kafein.

Hal tersebut dilakukan untuk memastikan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi dengan baik.

4. Membiasakan Anak Minum Air Mineral atau Teh

Sejak dini, Tamura selalu memperkenalkan anak untuk mengonsumsi teh barley yang kaya mineral dan tanpa kafein. Menurutnya, teh barley membantu mengurangi asupan kalori harian.

"Ini adalah pilihan yang populer di kalangan orang Jepang dari segala usi dan merupakan yang bagus untuk teh manis dan minuman beraroma yang dijual di toko," ungkap Tamura, dikutip Selasa (24/10/2023).

Tamura mengatakan, cara yang sering dilakukan untuk menghindari kebiasaan anak minum minuman dalam kemasan adalah mengajak anak membuat smoothie dengan buah segar dan yogurt di rumah. Selama proses pembuatan, ia membangun topik tentang asal-usul dan proses tumbuh buah segar.

"Pengalaman seperti ini akan membawa kebiasaan makan sehat anak untuk masa kini hingga masa depan," kata Tamura.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gaya Hidup Sehat Ronaldo: Menu Makan & Olahraga Sehari-hari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular