Gejala Menopause Ini Disebut Beri Sinyal Bahaya, Benarkah?

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Kamis, 28/09/2023 17:50 WIB
Foto: Ilustrasi Menopause. (Dok: Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hot flashes atau hawa panas yang muncul tiba-tiba bagi sebagian orang hingga wajah terasa terbakar dan keringat mengucur deras dari setiap pori-pori tubuh dapat menjadi tanda gejala menopause. Dan, penelitian menemukan, hot flashes bisa menunjukkan tanda-tanda risiko Alzheimer.

Mengutip CNN International, para ahli menyebut hal tersebut akan dialami oleh sekitar 75% wanita. Meskipun menopause masih bertahun-tahun atau puluhan tahun lagi, inilah saatnya untuk memperhatikan kesehatan tubuh.

Studi yang tidak dipublikasikan namun dipresentasikan di pertemuan tahunan The Menopause Society di Philadelphia menemukan hot flashes yang intens dikaitkan dengan peningkatan protein C-reaktif, yang merupakan penanda penyakit jantung di masa depan. Dengan biomarker darah dapat memprediksi diagnosis penyakit Alzheimer di kemudian hari.


"Ini adalah pertama kalinya ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa hot flashes terkait dengan biomarker darah penyakit Alzheimer," kata Dr. Stephanie Faubion, direktur Mayo Clinic's Women's Health Specialty Clinic di Jacksonville, Florida, dan direktur medis untuk The Menopause Society, dikutip Kamis (28/9).

"Ini adalah bukti lain yang memberi tahu kita bahwa hot flashes dan keringat pada malam hari mungkin tidak sejinak yang kita pikirkan di masa lalu," kata Faubion.

Risiko Alzheimer

Sebuah penelitian menggunakan 250 wanita berusia antara 45 dan 67 tahun sebagai koresponden yang mengalami gejala menopause mengenakan alat untuk mengukur kualitas tidur mereka secara objektif selama tiga malam. Para wanita tersebut juga dipasangi alat pemantau keringat untuk merekam hot flashes mereka pada salah satu malam.

Para peneliti kemudian mengambil sampel darah dari para peserta dan memeriksanya untuk mencari biomarker protein spesifik penyakit Alzheimer yang disebut beta-amiloid 42/40.

"Beta-amyloid 42/40 dianggap sebagai penanda plak amiloid di otak, yang merupakan salah satu komponen patofisiologi demensia penyakit Alzheimer. Kami menemukan keringat malam dikaitkan dengan profil beta-amiloid 42/40 yang merugikan, yang menunjukkan bahwa hot flashes yang dialami saat tidur mungkin menjadi penanda wanita yang berisiko terkena demensia Alzheimer," kata Thurston, seorang profesor psikiatri, epidemiologi, dan psikologi yang memimpin Laboratorium Kesehatan Biobehavioral Wanita di Kesehatan Masyarakat Pitt University of Pittsburgh.

Ia menyebut, Biomarker ini tidak mengidentifikasi apakah seseorang menderita penyakit Alzheimer secara klinis, namun hanya kemungkinan terkena penyakit ini di masa depan. "Dengan kata lain, hot flashes di malam hari tidak menyebabkan risiko ini. Itu hanya penanda orang-orang yang memiliki risiko lebih tinggi," kata Faubion.

Selain itu, tidak juga diketahui apakah mengobati keringat malam akan mengurangi risikonya. "Biomarker ini masih mengalami perkembangan yang pesat, dan meskipun sudah divalidasi pada saat ini, masih banyak yang perlu kita pelajari," imbuhnya.

Karena pengukuran tidur yang objektif, para peneliti dapat mengesampingkan peran kurang tidur, yang merupakan faktor risiko demensia yang terkenal, dalam temuan ini.

Penelitian sebelumnya yang juga mengontrol tidur menemukan bahwa hot flashes dan keringat di malam hari terkait dengan kinerja memori yang buruk dan perubahan struktur, fungsi, dan konektivitas otak.

"Semua temuan ini menyatu untuk menggarisbawahi bahwa ada sesuatu tentang gejala vasomotor nokturnal ini, selain tidur itu sendiri, yang memengaruhi otak," katanya.

Penyakit jantung

Penelitian lain yang dipresentasikan pada konferensi oleh tim Thurston melihat penanda inflamasi untuk penyakit jantung. Penelitian sebelumnya oleh Thurston menemukan bahwa wanita yang mengatakan bahwa mereka sering mengalami hot flashes selama awal menopause memiliki peningkatan risiko 50% hingga 80% untuk mengalami kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke, dan gagal jantung.

Hot flashes yang sering terjadi pada tingkat sedang hingga berat sering kali dapat berlangsung selama tujuh hingga 10 tahun, dan hot flashes yang lebih jarang terjadi atau lebih berat dapat berlangsung lebih lama lagi.

Dalam penelitian baru ini, para ilmuwan menggunakan pemantau keringat pada 276 wanita yang menjadi bagian dari penelitian MSHeart untuk mengukur frekuensi dan intensitas hot flashes secara lebih obyektif pada siang dan malam hari.

Selanjutnya, para peneliti membandingkan frekuensi dan intensitas hot flashes dengan pengukuran protein C-reaktif dalam darah, yaitu protein yang mengindikasikan tingkat peradangan dalam tubuh yang digunakan untuk menentukan risiko penyakit jantung dan stroke pada orang yang belum memiliki penyakit jantung.

Hasil penelitian menunjukkan hot flashes di siang hari berhubungan dengan tingkat protein C-reaktif yang lebih tinggi, bahkan setelah disesuaikan dengan penyebab potensial lainnya seperti usia, indeks massa tubuh (BMI), pendidikan, etnis, hormon estradiol dan ras.

"Ini adalah studi pertama yang meneliti hot flashes yang diukur secara fisiologis dalam kaitannya dengan peradangan dan menambah bukti pada literatur yang terus bertambah yang menunjukkan bahwa hot flashes dapat menandakan risiko vaskular yang mendasarinya," kata penulis utama Mary Carson, mahasiswa doktoral klinis dan bio-kesehatan di departemen psikologi di Universitas Pittsburgh, dalam sebuah pernyataan.

Faubion menambahkan, karena penyakit jantung adalah penyebab utama kematian wanita di dunia, dokter harus mulai bertanya kepada pasien tentang pengalaman mereka dengan hot flashes sebagai faktor risiko penyakit di masa depan.

"Wanita yang mungkin mengalami keringat malam secara khusus mungkin perlu menilai risiko kardiovaskular mereka secara umum," katanya.

Sementara terkait apa yang harus dilakukan, rekomendasinya akan sama dengan kesehatan jantung dan otak: tidur yang lebih baik, pola makan yang tepat, program olahraga teratur, mengurangi stres, tetap terhubung secara sosial, dan melakukan sesuatu yang menstimulasi otak Anda.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BLACKPINK Comeback! Lagu Baru Bakal Guncang Panggung Dunia