
Benarkah Kurang Tidur Picu Asam Urat? Begini Kata Ahli

Jakarta, CNBC Indonesia - Asam urat atau gout merupakan salah satu keluhan yang banyak dialami masyarakat. Menurut data, kondisi ini terjadi pada lebih dari 8 juta orang dewasa setiap tahun.
Pria lebih berisiko tinggi terkena asam urat daripada wanita. Tidak hanya itu, penelitian juga menyebut bahwa risiko terjadinya keluhan tersebut juga bisa meningkat apabila seseorang mengalami gangguan tidur sleep apnea, yaitu kondisi ketika terjadi henti napas sejenak pada saat tidur.
Secara umum, asam urat larut di dalam darah dan melewati proses penyaringan di ginjal untuk dikeluarkan melalui urine. Namun, tubuh terkadang memproduksi asam urat berlebih atau mengalami hambatan dalam mengeluarkan zat tersebut sehingga terjadilah penumpukan.
Hasilnya, tiba-tiba asam urat kambuh yang menyebabkan nyeri hebat, radang, bengkak, dan kemerahan.
Persendian pada jempol kaki adalah bagian tubuh yang paling sering terlibat. Kendati begitu, gout sebenarnya dapat terjadi pada seluruh sendi di tubuh, termasuk pergelangan kaki, lutut, tangan, dan pergelangan tangan.
Hubungan antara gangguan tidur dan asam urat
Dalam studi yang dipublikasikan di Arthritis and Rheumatology, para peneliti menyisir catatan dalam database kesehatan Inggris untuk membandingkan orang dengan dan tanpa gangguan tidur berupa sleep apnea. Mereka memilih total 9.865 orang dengan sleep apnea (usia rata-rata 54) dan mencocokkannya dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 43.958 orang tanpa gangguan tersebut.
Setelah satu tahun, sekitar 50% orang dengan sleep apnea lebih mungkin mengalami serangan asam urat dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Sifat pasti dari hubungan antara gout dan sleep apnea tidak diketahui, tetapi ada dua kemungkinan dan saling berkaitan. Pertama, kedua kondisi tersebut memiliki faktor risiko yang sama seperti kelebihan berat badan.
"Meskipun tidak jelas bagaimana kelebihan berat badan dikaitkan dengan asam urat, banyak orang yang menderita kondisi ini cenderung kelebihan berat badan," kata Dr. Robert Shmerling kepala klinis rheumatology di Beth Israel Deaconess Medical Center yang berafiliasi dengan Harvard.
Lebih lanjut, teori lain yang mungkin terkait adalah faktor hipoksia, salah satu kondisi yang dapat timbul sebagai komplikasi dari sleep apnea, di mana kadar oksigen dalam tubuh menurun pada saat tidur.
Menurut Dr. Robert Shmerling hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan, yang kemudian meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh.
Bahkan jika Anda tidak menderita sleep apnea, risiko serangan asam urat meningkat pada malam hari. Serangan asam urat dua kali lebih mungkin menyerang pada malam atau dini hari. Alasan utamanya diyakini karena suhu tubuh yang lebih rendah dan dehidrasi yang terjadi saat Anda tidur.
"Kristal lebih cenderung mengkristal pada suhu yang lebih rendah, dan dehidrasi dapat mencegah kelebihan asam urat dikeluarkan dari tubuh," ungkap Dr. Robert Shmerling.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 'Obat' Alami yang Bisa Bikin Asam Urat Sembuh