UNICEF: Polusi Udara Sebabkan 600 Ribu Kematian Anak

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
15 August 2023 14:15
Dokter melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pasien bergejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2023). Tingginya angka polusi udara di Jakarta belakangan ini menyebabkan jumlah warga yang terinfeksi penyakit ISPA meningkat. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Dokter memeriksa pasian anak yang menderita penyakit pernapasan akibat polusi (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa satu dari tujuh anak di dunia terpapar polusi udara yang paling beracun.

Laporan UNICEF pada 2016 menemukan bahwa ada 300 juta anak tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara di luar ruangan yang paling beracun. Kualitas udara tersebut diklaim enam kali lebih tinggi dari pedoman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Polusi udara adalah faktor utama dalam kematian sekitar 600 ribu anak di bawah usia lima tahun setiap tahunnya. Selain itu, ini (polusi udara) mengancam nyawa dan masa depan jutaan anak setiap hari," ujar Direktur Eksekutif UNICEF ke-6, Anthony Lake, dikutip dari laman resmi UNICEF, Selasa (15/8/2023).

"Polutan tidak hanya merusak paru-paru anak-anak yang sedang berkembang, tetapi juga menembus barier darah-otak dan merusak secara permanen otak mereka yang sedang berkembang," lanjut Lake.

Berdasarkan pantauan citra satelit, sekitar dua miliar anak tinggal di daerah rawan polusi udara. Umumnya, polusi udara di wilayah-wilayah tersebut disebabkan oleh emisi kendaraan, penggunaan berat bahan bakar fosil, debu, dan pembakaran sampah.

Jumlah anak-anak yang hidup di daerah penuh polusi sebagian besar berada dari Asia Selatan, yaitu 620 juta anak dan diikuti oleh Afrika dengan 520 juta anak. Sementara itu, terdapat 450 juta anak di wilayah Asia Timur dan Pasifik yang tinggal di daerah berpolusi.

Selain luar ruangan, studi UNICEF ini juga mengkaji dampak dari polusi di dalam ruangan yang biasanya disebabkan oleh penggunaan bahan bakar, seperti batu bara dan kayu untuk memasak dan pemanasan. Hal tersebut dinilai mempengaruhi anak-anak di daerah pedesaan dengan pendapatan rendah.

UNICEF menyatakan, polusi udara di luar dan dalam ruangan secara langsung menyebabkan pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya yang menyebabkan hampir satu dari sepuluh kematian anak di bawah lima tahun.

"Anak-anak lebih rentan terhadap polusi udara daripada orang dewasa karena paru-paru, otak, dan sistem kekebalan mereka masih dalam tahap perkembangan. Selain itu, saluran pernapasan mereka juga lebih permeabel (dapat ditembus partikel)," tulis UNICEF.

Menurut UNICEF, anak-anak lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat polusi karena mereka bernapas lebih cepat dari orang dewasa sehingga udara yang terhirup lebih banyak.

Maka dari itu, UNICEF merekomendasikan seluruh pihak untuk meminimalisir paparan anak-anak terhadap polusi, seperti tidak memilih lokasi sekolah atau area bermain di dekat pabrik, menjaga kompor masak agar lebih bersih, dan mengelola sampah dengan baik.

"Kompor masak yang lebih bersih dapat memperbaiki kualitas udara di dalam rumah. Mengurangi polusi udara secara keseluruhan dapat membantu mengurangi paparan anak-anak," tegas UNICEF.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Jabatan Sosial Choi Siwon, Bukan Cuma Idol K-pop

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular