Kenali 6 Sifat Orang Tua Narsistik yang Sering Tidak Disadari

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
05 August 2023 11:45
TO GO WITH AFP STORY BY CAMILLE BAS-WOHLERT:
Swedish Anders Veide sits next to a baby carriage where his child Alma rests during his paternity leave at Humlegarden park in Stockholm on April 24, 2013.   AFP PHOTO / JONATHAN NACKSTRAND        (Photo credit should read JONATHAN NACKSTRAND/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/JONATHAN NACKSTRAND

Jakarta, CNBC Indonesia - Orang tua yang narsistik cenderung mementingkan diri sendiri, mengontrol, egois, serta kritis terhadap perilaku atau penampilan anak-anak mereka.

Orang tua yang narsistik seringkali kekurangan sifat-sifat yang dibutuhkan dalam mendidik anak. Sifat tersebut seperti kesadaran diri, kasih sayang, kesabaran, dan empati.

Ramani Durvasula seorang psikolog klinis menemukan bahwa anak-anak dari orang tua narsistik dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang bergumul dengan sikap menyalahkan diri sendiri, keraguan diri, dan perasaan merasa tidak cukup.

Meskipun tidak semua orang tua yang sangat narsis berperilaku dengan cara yang sama, ada beberapa sifat universal. Berikut adalah enam sifat toxic yang mereka sering lakukan dalam mendidik anak, dikutip dari CNBC Make It, Sabtu (5/8/2023).

1. Suportif di depan umum tetapi kritis secara pribadi

Orang tua dengan narsistik mungkin akan berada di depan untuk menyemangati anak-anak mereka di pertandingan sepak bola. Tapi mereka akan mengkritik atau merendahkan sang anak saat sedang bersama seperti di rumah atau di mobil. Orang tua ini akan mengatakan "kenapa kamu tidak berusaha lebih keras lagi? kamu bisa saja mencetak dua gol lagi!"

Ini akan menimbulkan perasaan bersalah pada anak karena sudah memberikan sikap negatif bagi orang lain.

2. Menciptakan suasana ketidakpercayaan

Untuk mendapatkan lebih banyak kekuatan dalam unit keluarga, orang tua narsistik akan berbagi gosip dengan anak-anak mereka, seperti "kangan beri tahu kakakmu, aku menemukan sepupumu ketahuan mencuri uang." untuk menumbuhkan rasa "kita versus mereka ."

Seorang saudara kandung mungkin merasa istimewa jika sebuah rahasia dibagikan kepada mereka dan tidak kepada orang lain. Namun ini menciptakan preseden yang tidak sehat dari mendengar gosip dan sindiran.

3. Memperlakukan saudara kandung secara berbeda

Orang tua yang narsistik sering memilih salah satu anak dan menjadikannya sebagai favorit. Jika mereka menghargai prestasi akademik, misalnya, mereka mungkin mengabaikan anak yang berjuang di sekolah, lebih memilih anak yang mendapat nilai A.

Ini mungkin tidak hanya merusak hubungan antara saudara kandung, tetapi juga dapat membuat mereka berjuang untuk mendapatkan perhatian dan waktu orang tua.

4. Melihat anak sebagai perpanjangan dari diri mereka sendiri

Jika anak melakukan apa yang orang tua ingin mereka lakukan, maka anak itu akan dipuji dan dihargai. Jika tidak, mereka mungkin diabaikan atau dikritik.

Banyak anak yang secara keras memenangkan hati orang tua narsistik mereka. Ini akan mengorbankan sebagian dari diri mereka, minat atau preferensi agar sesuai dengan cetakan yang ditetapkan orang tua mereka untuk mereka.

5. Mengharapkan seorang anak mencerminkan emosi mereka

Dalam sistem pengasuhan yang sehat, orang tua mencerminkan emosi anak mereka karena mereka selaras dengannya. Ketika mereka melihat anak mereka kesal, mereka akan mengkalibrasi nada mereka dan bertanya bagaimana perasaan mereka.

Tetapi untuk orang tua narsistik, jika suasana hati anak tidak sesuai dengan suasana hati mereka, misalnya, anak sedih ketika orang tua senang, mereka mungkin menganggap mereka tidak setia. Seiring waktu, seorang anak mungkin berhenti memercayai emosinya sendiri.

6. Mempermalukan seorang anak karena memiliki atau mengekspresikan kebutuhan

Orang tua narsistik sering mengabaikan harapan, preferensi, atau keyakinan anak mereka.

Mereka mungkin membuat komentar yang meremehkan seperti, "Kamu tidak benar-benar ingin melakukan aktivitas itu, kan?" atau "Mengapa menurutmu kamu akan pandai dalam hal itu?"

Jika Anda ingin orang dewasa terpercaya dalam kehidupan anak:

Beri anak perhatian dan tanyakan tentang hal-hal yang mereka minati. Ciptakan ruang aman bagi mereka untuk berbagi perasaan tanpa rasa malu atau menghakimi.

Beri tahu mereka bahwa mereka dihargai untuk seluruh diri mereka dan bukan hanya sebagai seseorang yang memenuhi kebutuhan orang lain.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 7 Tips agar Anak Mau Terbuka kepada Orang Tua

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular