
Cara Menerapkan Slow Living Meski Gaji Mepet UMR

Jakarta, CNBC Indonesia - Istilah slow living menjadi trend setelah artis Lulu Tobing, dalam sebuah podcast, mengaku menjalankan gaya hidup tersebut.
Slow living merupakan sebuah konsep yang menekankan gaya hidup lebih sederhana dan santai. Mengutip dari The Minimalist Vegan, pola hidup slow living yang tidak tergesa-gesa membuat seseorang lebih memiliki kesempatan untuk hidup bahagia, damai, mengutamakan kualitas hidup, dan menciptakan gaya hidup yang berkelanjutan serta menyenangkan.
Pertanyaannya, apakah bisa menjalankan slow living jika gaji hanya mepet UMR?
![]() |
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa konsep slow living yang dijalankan seorang Lulu Tobing hanya cocok untuk kaum berduit. Apalagi dengan asumsi bahwa Lulu, yang aktif di dunia hiburan pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, sudah memiliki pondasi finansial yang mapan.
Anggapan tersebut tak sepenuhya keliru. Meski demikian, tetap ada cara mempraktekkan slow living bagi Anda kaum gaji UMR.
1. Hidup secara Minimalis
Menurut The Minimalist Vegan, hidup secara minimalis, dalam artian memiliki barang secukupnya, dapat meminimalisir jumlah fokus dalam hidup. Dengan mengurangi jumlah barang yang dimiliki, Anda dapat menyederhanakan rutinitas kehidupan sehari-hari dan lebih fokus terhadap hal-hal yang penting.
Sebagai contoh, jika tidak memiliki banyak barang, Anda tidak akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk merapikan barang-barang. Dengan demikian, Anda akan lebih punya banyak kesempatan untuk aktivitas yang meredakan stres, seperti berjalan-jalan atau mendengarkan musik.
Melalui hidup minimalis, Anda juga dapat menciptakan lebih banyak waktu dan ruang untuk merasakan momen-momen berharga dalam kehidupan secara santai dan penuh kesadaran.
2. Mengonsumsi Barang Secukupnya
Meskipun terdengar serupa dengan poin pertama, hal ini cukup berbeda. Mengonsumsi barang secukupnya dan penuh kesadaran adalah komponen penting dalam slow living, termasuk dalam hal makanan.
Alih-alih mengutamakan makanan cepat saji dan praktis, pilihlah makanan utuh, sehat, dan bergizi yang baik untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.
"Anda dapat menanam bahan makanan di kebun Anda atau berbelanja di pasar petani lokal. Mengonsumsi makanan organik alami yang ditanam dekat rumah membantu mengurangi paparan toksin dan dampak lingkungan Anda," kata penulis Myung Sung: The Korean Art of Living Meditation, Dr. Janelle Kim, dikutip dari Byrdie, Jumat (21/7/2023).
"Membeli beberapa barang berkualitas tinggi dan berkelanjutan, terutama dari toko barang bekas untuk pakaian dan perabot, adalah ciri-ciri dari mereka yang menerapkan slow living," imbuh Kim.
3. Meluangkan Waktu di Luar Rumah
Salah satu cara untuk menerapkan slow living adalah menyegarkan diri (refreshing) dengan mengunjungi tempat-tempat yang disukai dan bersifat tenang, seperti taman, perpustakaan, museum, ruang hijau, wisata alam, dan pinggir kota.
Meskipun mungkin tidak menawarkan kesempatan slow living, seperti tinggal di daerah pedesaan, lokasi-lokasi tersebut tetap dapat memberikan ketenangan dari hiruk-pikuk kehidupan perkotaan yang tanpa henti.
4. Awali Hari dengan Santai
Sebagian besar orang mengawali hari dengan cara yang tergesa-gesa seakan 24 jam dalam sehari tidaklah cukup. Mengutip The Minimalist Vegan, mengawali hari dengan terburu-buru membuat seseorang jadi lebih stres dan tidak mudah sabar.
Maka dari itu, awali hari dengan rutinitas yang bersifat santai dan tenang, seperti menikmati sarapan yang disukai, menikmati teh atau kopi favorit, atau menyempatkan waktu untuk meditasi.
5. Berani untuk Mengatakan 'Tidak'
Menjadi sosok yes-man atau people pleaser terbukti tidak baik bagi kesehatan mental. Melansir dari Medical News Today, menjadi sosok people pleaser dapat mengakibatkan stres, kelelahan, kehilangan identitas, dan konflik batin.
Salah satu cara untuk terhindar dari risiko-risiko tersebut adalah berani mengatakan 'tidak' terhadap hal yang berlebihan serta berpotensi merugikan waktu dan mental.
Mengutip The Minimalist Vegan, berani mengatakan 'tidak' adalah salah satu hal yang krusial dalam menerapkan slow living. Sebab, hal tersebut dapat membantu seseorang untuk melindungi waktu berharga bagi diri sendiri.
Dengan mengambil kendali atas waktu dan menetapkan batasan yang jelas tentang apa yang akan diterima dapat memastikan bahwa selalu ada ruang untuk diri sendiri, keluarga, dan hal-hal yang berharga.
Toh, ketika kita terlalu melelahkan, sulit untuk memberikan yang terbaik dari diri kita pada hal apapun.
6. Meluangkan Banyak Waktu untuk Keluarga dan Teman
Salah satu hal yang paling penting dari slow living adalah memiliki hubungan emosional dan fisik dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman.
Ada banyak cara untuk memperkuat hubungan dengan keluarga dan teman-teman, seperti menelepon, mengunjungi satu sama lain, berjalan-jalan bersama, atau sekadar berbincang dan bermain game bersama.
7. Menghargai Diri Sendiri
Meluangkan waktu untuk diri sendiri dan merawat diri adalah hal utama dalam menerapkan slow living.
Ada banyak cara untuk 'memanjakan' diri, seperti masak makanan favorit, pergi ke spa, bersantai dengan membaca buku, berolahraga, hingga menonton film.
Selain itu, jangan lupa untuk menghargai diri dengan memuji dan memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri. Afirmasi adalah pernyataan atau kalimat yang diucapkan kepada diri sendiri untuk memperkuat keyakinan, sikap positif, dan pandangan diri yang positif.
Bila rutin melakukan afirmasi, seseorang dapat meningkatkan rasa percaya diri, motivasi, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Melansir dari Forbes, sebuah studi yang dipublikasikan dalam Annual Review of Psychology menunjukkan bahwa afirmasi dapat meningkatkan hasil kualitas pendidikan, kesehatan, dan hubungan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa afirmasi akan bekerja lebih baik ketika digabungkan dengan kebiasaan positif dan tindakan lain yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
