
Yuk Nostalgia! Begini Penampakan Sepatu Sneakers Jadul di RI
Museum Die Hard Adidas Fan yang telah berdiri selama 2 tahun itu menampilkan berbagai seri sepatu dari brand asal Jerman dengan total lebih dari 1.000 koleksi.

Sepatu yang selalu menjadi kebutuhan utama manusia yang dulunya hanya sebagai pelindung kaki kini telah menjadi bagian dari fashion mulai dari jalan-jalan santai hingga acara formal dan kerja.(CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Museum Die Hard Adidas Fan yang telah berdiri selama 2 tahun itu menampilkan berbagai seri sepatu dari brand asal Jerman dengan total lebih dari 1.000 koleksi. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Museum yang hadir dengan konsep private tour ini dapat menampung hingga 20 orang pengunjung dengan syarat melakukan reservasi terlebih dahulu. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Founder Die Hard Adidas Fan, Harry Novianto mengatakan museum yang berada di bawah naungan PT Visi Global Media Inti Persada ini sengaja dibuat agar koleksinya dapat dinikmati oleh khalayak luas, khususnya bagi para komunitas dan pencinta sneakers. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Sepatu yang ditampilkan pada museum ini merupakan hasil koleksinya selama lebih dari 10 tahun, dengan tahun pembuatan sepatu mulai dari tahun 1950-an hingga yang terbaru. Harry juga mengaku tidak tiba-tiba saja membuat museum khusus produk sepatu buatan Jerman itu.(CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Awalnya ia berhasil menemukan sebuah toko sneaker yang terkenal di tahun 1980-an, di toko itu ternyata menjual koleksi sepatu lawas yang tidak hanya langka, tetapi juga dikira sudah musnah atau lost seri oleh para pecinta sneakers. Pada lorong tangga museum itu juga terdapat sejumlah koleksi yang sengaja di tata untuk menyambut pengunjung. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Di museum ini pengunjung juga diperbolehkan untuk memegang langsung koleksi sepatu lawas itu. Namun ada beberapa koleksi yang hanya bisa dilihat oleh pengunjung. Terdapat juga koleksi sepatu vintage non-konvensional seperti rilisan ice hockey skate shoe dan roller skate shoe dari brand kenamaan asal Jerman pada muesum itu. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)