Idul Adha Arab Saudi Beda sama RI, Ini Kata Ahli Agama
Jakarta, CNBC Indonesia - Idul Adha yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dan yang dilaksanakan di Arab Saudi berbeda.
Mengenai hal ini, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha pun mencoba menjelaskan pandangannya.
Menurut dia, Idul Adha tidak harus ikut keputusan pemerintah Arab Saudi, meski padang Arafah dan pelaksanaan ibadah haji hanya ada di sana.
Pasalnya, Arab Saudi dan Indonesia memiliki matlak yang berbeda. Matlak merupakan tempat terbitnya benda-benda langit, juga bisa dikatakan batas daerah berdasarkan jangkauan dilihatnya hilal atau dengan kata lain matlak adalah batas geografis keberlakuan rukyat.
"Misalnya Idul Adha di Arab Saudi Selasa. Mungkin ada internal hisab mengatakan hari Selasa sudah lebaran. Itu boleh. Asal jangan berdasarkan ikut Arab Saudi, menurut saya ini keliru. Karena beda matlak," jelas Gus Baha dikutip dari laman NU, Rabu (28/6/2023).
Ia pun tak melarang seseorang melakukan ibadah shalat Idul Adha bersamaan dengan Arab Saudi, asalkan berdasarkan hitungan ilmu hisab. Tidak asal ikut tanpa ada dasar keilmuan yang kuat.
Sebab, negara Arab Saudi matlak dan tanggalnya berbeda dengan Indonesia. Sehingga lebih baik lebaran ikut hitungan hisab sendiri bukan asal-asalan.
"Jika matlakmya berbeda, itu tidak bisa disamakan. Cuma saya menerima perbedaan. Hanya saja jangan beralasan ikut Arab Saudi. Namun, berdasarkan hisabnya beda hasil. Karena jika terpaut satu atau dua hari masih sah menurut Imam Nawawi," tegasnya.
Tidak bisa hanya karena Arab Saudi itu sentral (pusat) terus ikut sana bab Idul Adha. Kalau ikut sana, maka shalat subuh di Indonesia jam sembilan atau sepuluh pagi. Sementara ketika di Indonesia salat subuh pukul 5, di Arab Saudi orang masih tidur," imbuh Gus Baha.
(fab/fab)