Sepatu Bata Bukan Karya Anak Bangsa, Ini Negara Asalnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Anda salah besar jika mengira merek sepatu Bata adalah karya anak bangsa. Brand tersebut ternyata berasal dari luar negeri, tepatnya Ceko.

Nama Bata merujuk pada pendiri dan pembuatnya, Tomas Bata. Pengusaha asal Ceko dan saudara-saudaranya itu mendirikan pabrik sepatu Bata pada 24 Agustus 1894 bermodalkan US$350 yang berasal dari ibunya.

Pabrik itu berada di Zlin. Sejak saat itu, Tomas kerap berpergian untuk mencari inspirasi pembuatan sepatu dan belajar mencari mesin pembuatnya.

Sesaat setelah pulang dari perjalannya, Eropa tengah perang yang dikenal sebagai Perang Dunia I (1914-1918). Kejadian itu menjadi keuntungan bagi Bata karena mereka mendapatkan orderan besar untuk sepatu tentara.

Pabrikan Bata mampu memproduksi 50 ribu sepatu saat PD I, ungkap The Encyclopedia of the Industrial Revolution in World History (2014). Dari keuntungan itulah, Bata kemudian berekspansi ke berbagai negara dari Swiss lalu menuju ke Inggris, Perancis, Belanda, dan Kanada.

Bata tiba di Hindia Belanda pada 1931. Saat itu melalui gudang impor sepatu Bata di Tanjung Priok. Setahun setelah pendirian gedung itu, Tomas meninggal karena mengalami kecelakaan pesawat.

Sepeninggalan Tomas, Bata dijalankan anaknya. Sementara di Indonesia, Bata kian sukses usai mendirikan pabrik sepatu di Kalibata tahun 1939.

Bata terus sukses, bahkan di saat sulit merek tersebut tidak tutup. Merek tersebut disukai dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa hingga presiden pertama Indonesia Soekarno.

Ajudan Soekarno dalam memoar Dari Revolusi '45 sampai Kudeta '66: kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa (2001) mengungkapkan sepatu Bata yang dimiliki Soekarno. Proklamator itu punya tiga pasang sepatu Bata untuk berolahraga.

Sebagai informasi, lisensi Bata di seluruh dunia dipegang oleh Bata Shoe Organization. Sementara di Indonesia adalah PT Sepatu Bata Tbk (BATA). merek ini juga memegang lisensi merek lainnya seperti North Star, Power, Bubblegummers, Marie-Claire, dan Weinbrenner.