Orang Jepang Ramai-Ramai Ikut Kursus Demi Bisa Tersenyum Lagi

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
Jumat, 09/06/2023 17:15 WIB
Foto: Keiko Kawano mengajar di kelas tersenyum. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mungkin tak pernah ada yang mengira bahwa pandemi Covid-19 bisa membuat kita lupa caranya tersenyum. Selama hampir tiga tahun 'bersembunyi' di balik masker, praktis tak ada interaksi non-verbal yang ditunjukkan lewat raut muka. Saking lamanya tidak tersenyum, sebagian orang sudah lupa caranya menarik ujung bibir lebar-lebar.

Kondisi ini rupanya cukup menjadi perhatian serius di Jepang. Sampai-sampai, banyak anak muda yang ikut kursus tersenyum. 

"Lagi latihan senyum" begitulah kira-kira kalimat yang terlontar dari belasan mahasiswa seni Tokyo, Jepang. Mereka mengikuti kelas terbaru Keiko Kawano agar bisa tersenyum dengan natural.


Para mahasiswa di kelas ini memegang cermin di depan wajah, meregangkan kedua sisi bibir ke atas dengan jari-jari untuk melatih senyum.

Kejadian ini cukup unik mengingat tidak banyak orang yang terpikir untuk menginvestasikan uangnya guna mempermanis raut wajah.

Himawari Yoshida (20 tahun), salah satu mahasiswa, mengatakan kelas tersebut adalah bagian dari kursus di sekolahnya untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja. Sebelum mengikuti wawancara kerja, dia merasa perlu memperbaiki senyumnya.

"Saya jarang menggunakan otot-otot wajah selama pandemi, jadi ini latihan yang bagus," kata Yodhida, dikutip dari Reuters.

Biaya kursus tersenyum

Foto: Latihan senyum di Jepang. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Latihan senyum di Jepang. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Salah satu instruktur senyum di Jepang adalah Keiko Kawano yang membentuk perusahaan Egaoiku - secara harfiah berarti "Pendidikan Senyum." Perusahaan ini mengalami peningkatan permintaan lebih dari empat kali lipat dari tahun lalu.

Pelanggan mereka beragam, mulai dari perusahaan yang mencari karyawan yang lebih ramah hingga pemerintah daerah yang ingin meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

Satu sesi pelajaran perorangan selama satu jam dihargai sebesar JPY 7.700 yen atau sekitar Rp 770.000. Uniknya, sekitar seperempat mahasiswa seni yang mengikuti kelas tetap memakai masker selama pelajaran berlangsung.

Anak-anak muda mungkin telah terbiasa dengan kehidupan menggunakan masker, kata Kawano. Masker memungkinkan wanita lebih mudah pergi tanpa makeup dan pria dapat menyembunyikan wajah mereka yang belum dicukur.

Mantan pembawa acara radio yang mulai memberikan pelajaran pada tahun 2017 ini juga telah melatih 23 orang lain sebagai pelatih senyum untuk menyebarkan nilai dan teknik menciptakan senyum sempurna di seluruh Jepang.

Macam-macam teknik senyum

Kawano pun memberikan sejumlah teknik senyum khusus.

Metode "Teknik Senyum Gaya Hollywood" yang dipatenkan olehnya mencakup "mata melengkung", "pipi bulat" dan membentuk pinggiran mulut untuk menampakkan delapan gigi putih di baris atas.

Partisipan dapat mencoba teknik mereka di tablet untuk mendapatkan penilaian terhadap senyum mereka.

Kawano percaya bahwa secara budaya, orang Jepang mungkin cenderung sulit tersenyum dibandingkan orang Barat. Hal itu salah satunya disebabkan oleh rasa aman mereka sebagai negara kepulauan dan sebagai negara tunggal yang hidup tanpa berbatasan darat dengan negara manapun.

Menurutnya, dengan banyak mengumbar senyum akan meminimalisir persepsi orang lain yang beranggapan mereka berbahaya atau berpotensi sebagai ancaman.

"Secara budaya, senyum menandakan bahwa saya tidak membawa senjata dan saya menjadi ancaman bagi Anda," tuturnya.

Dengan peningkatan jumlah wisatawan yang datang setelah pandemi mereda, orang Jepang perlu berkomunikasi dengan orang asing bukan hanya dengan mata mereka tetapi juga wajah, ungkapnya lebih lanjut.

"Saya pikir ada kebutuhan yang semakin meningkat bagi orang untuk tersenyum."

Warga Jepang terbiasa memakai masker bahkan sebelum pandemi Covid-19. Mereka biasanya akan menggunakan masker di Jepang adalah hal yang normal bagi banyak orang selama musim flu (hay fever) dan sekitar masa ujian karena khawatir tertular penyakit menjelang peristiwa penting dalam hidup mereka.

Meskipun pemerintah telah mencabut rekomendasi penggunaan pada Maret lalu tetapi masih banyak orang yang belum melepaskan masker tersebut dalam aktivitas sehari-hari.

Hasil survei yang dilakukan oleh penyiar publik NHK pada Mei menunjukkan bahwa 55% orang Jepang masih mengenakan masker dengan frekuensi yang sama seperti dua bulan sebelumnya. Hanya 8% yang mengatakan mereka sudah sepenuhnya berhenti menggunakan masker.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ribuan Warga Iran Hadiri Pemakaman Para Komandan Militer