Kasus Sifilis di Yogya Lagi Ngeri, Kenali Gejalanya

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
26 May 2023 15:53
Ilustrasi Penyakit Sifilis. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi Penyakit Sifilis. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilaporkan mengalami peningkatan kasus penyakit menular seksual sifilis. Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mengatakan bahwa pengidap sifilis didominasi oleh laki-laki.

Dilansir dari Detik Health, mayoritas kasus sifilis di DIY dialami oleh laki-laki dengan rentang usia 25-49 tahun dan didominasi oleh kelompok lelaki seks lelaki (LSL). Pada kelompok LSL, tren kasus sifilis meningkat setiap tahun dengan persentase 15 persen pada 2020, meningkat menjadi 34 persen pada 2021, 44 persen pada 2022, kemudian melonjak menjadi 60 persen pada 2023.

Selain itu, kasus sifilis juga ditemukan pada kelompok wanita pekerja seks, pelanggan pekerja seks, dan waria. Namun, persentase jumlah kasus pada kelompok-kelompok tersebut lebih rendah.

Secara rinci, bila mengacu pada data Dinkes DIY sejak 2020, dari 67 kasus sifilis, hanya 43 kasus di antaranya mendapatkan pengobatan. Kemudian pada 2021, dari 141 kasus, hanya 83 orang yang diobati. Berlanjut pada 2022, dari 333 kasus sifilis, hanya 105 orang yang diobati,

Sementara itu, Data terakhir pada triwulan pertama 2023, dari 89 kasus sifilis, hanya 26 orang yang sudah mendapatkan pengobatan.

"Dari populasi (pasien sifilis) yang ditemukan sekian itu, yang berobat baru sekian persen. Mungkin karena namanya kena sifilis ini, ada rasa malu [untuk berobat]," ujar Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY, Setyarini Hestu Lestari, dikutip Jumat (26/5/2023).

Apa itu sifilis?

Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), sifilis atau penyakit raja singa adalah salah satu jenis Infeksi Menular Seksual (IMS). Penyakit yang disebabkan oleh bakteri treponema pallidum ini umumnya diawali dengan luka yang tidak nyeri pada alat kelamin, rektum (sistem pencernaan yang terletak dekat usus besar), atau mulut.

"Sifilis lebih banyak menular akibat berhubungan seksual dengan penderita. Selain hubungan seksual, penyebaran sifilis juga bisa terjadi melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita atau menular dari ibu ke janin saat kehamilan atau persalinan," tulis Kemenkes, dikutip Jumat (26/5/2023).

Kemenkes mengatakan, ada sejumlah kondisi yang membuat seseorang berisiko mengidap sifilis, yakni sering berganti pasangan seksual, berhubungan seksual tanpa pengaman atau kondom, memiliki pasangan seksual penderita sifilis, orientasi LSL, dan positif terinfeksi HIV.

Gejala sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan penyakitnya. Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda sebagai berikut.

  • Sifilis primer
    Sifilis jenis ini ditandai dengan luka kecil (chancre) di tempat bakteri masuk pada sepuluh hingga 90 hari setelah terpapar. Umumnya, luka ini muncul di sekitar kelamin, mulut, atau dubur.

  • Sifilis sekunder
    Beberapa minggu setelah luka menghilang, gejala sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam di tubuh, terutama telapak tangan dan kaki. Pada beberapa kasus, ruam dapat disertai kutil di area kelamin atau mulut.

  • Sifilis laten
    Bila telah memasuki tahap ini, sifilis ini tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun. Namun, bakteri ada di dalam tubuh penderita dan masih bisa menular.

  • Sifilis tersier
    Infeksi sifilis pada tahap ini umumnya muncul pada sepuluh hingga 30 tahun setelah terjadi infeksi pertama. Sifilis tahap tersier muncul dengan terjadinya kerusakan organ permanen.

Pada tahap ini, sifilis dapat memengaruhi mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi-sendi sehingga bisa meningkatkan risiko kebutaan, penyakit jantung, atau stroke.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada 21.000 Kasus Penyakit Raja Singa pada Anak, Ini Pemicunya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular