
Penderita Kanker Boleh Berpuasa Saat Ramadan? Ini Kata Ahli

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak sedikit orang mempertanyakan keamanan berpuasa bagi pengidap penyakit tertentu seperti pengidap kanker misalnya.
Mengutip laman Gulf News, pakar kesehatan terkemuka di Uni Emirates Arab menjelaskan bagaimana setiap kasus berbeda dan memerlukan pendekatan khusus.
Profesor Humaid bin Harmal Al Shamsi, Presiden Masyarakat Kanker Emirates, Profesor Onkologi di Universitas Sharjah, dan Direktur Layanan Onkologi di Barjeel Holding Group di UEA/GCC, mengatakan bahwa ada selusin kondisi dan kontrol untuk pasien kanker puasa.
Dia menekankan perlunya mematuhi pedoman untuk mencegah pasien terkena komplikasi kesehatan.
"Salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh pasien kanker dan keluarganya menjelang dan selama bulan suci Ramadan adalah, apakah pasien kanker bisa berpuasa? Tentu saja, tidak ada jawaban tunggal untuk semua pasien, dan setiap pasien adalah kasus khusus yang memerlukan evaluasi medis khusus oleh ahli onkologi dan penyedia layanan kesehatan," kata Al Shamsi.
Ia mencontohkan puasa bagi pasien kanker ada beberapa kontrol yang harus diketahui sebelum awal Ramadan. Hal ini untuk mengetahui masing-masing pasien kanker apakah mampu untuk berpuasa atau tidak.
Al Shamsi menjelaskan, jika ada kesulitan pada pasien dari puasa, lebih baik tidak berpuasa.
Pasien dalam perawatan
Pasien-pasien ini tidak dapat berpuasa karena penggunaan cairan infus dalam persiapan kemoterapi, dan pada gilirannya membatalkan puasa menurut ajaran Islam. Pasien-pasien ini dapat berpuasa pada hari-hari setelah efek samping mereda setelah kemoterapi, yang seringkali disertai mual.
Ada obat khusus berupa tambalan yang dapat digunakan selama satu minggu pada kulit yang akan menggantikan kebutuhan akan pil atau tablet oral dan membantu pasien berpuasa dengan mengendalikan mual.
Bagi mereka yang menjalani perawatan biologis atau hormonal secara subkutan atau intramuskular, mereka dapat berpuasa karena perawatan tersebut tidak membatalkan puasa menurut aturan Islam.
Lantas, bagaimana dengan pasien yang minum pil?
Jika mereka ingin berpuasa, kata Al Shamsi, dapat diterima untuk mengubah waktu minum pil setelah berbuka puasa, tetapi mereka harus memastikan untuk meminum kapsul atau pil sebelum atau sesudah makan, sebagaimana penyerapan beberapa pil dan kapsul ini berubah sesuai dengan adanya makanan di perut.
Pasien yang perlu minum pil atau kapsul dua kali sehari dapat meminumnya pada waktu berbuka puasa atau sahur, dengan mempertimbangkan periode minimum yang mungkin antara dua kali menjadi sembilan hingga 10 jam. Jika kurang dari itu, sebaiknya tanyakan pendapat dokter apakah bisa berpuasa atau tidak.
Pasien kanker yang ingin berpuasa saat dalam perawatan perlu menjaga asupan cairan yang cukup antara 1,5-2 liter antara buka puasa dan sahur.
Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat berupa kursus singkat selama beberapa hari atau kursus panjang intensif selama beberapa minggu. Selama kursus singkat, dimungkinkan untuk berpuasa tanpa membahayakan, sedangkan kursus intensif panjang dimungkinkan untuk berpuasa di hari-hari pertama atau 1-2 minggu.
Tapi seiring berlalunya minggu, efek sampingnya meningkat dari kekeringan, kelelahan dan kelesuan dan mungkin diperburuk dengan puasa. Lebih baik tidak berpuasa dalam hal ini untuk menghindari bahaya bagi pasien.
Operasi
Dalam kasus operasi kanker, terutama operasi besar, tidak dianjurkan berpuasa karena pasien akan memerlukan obat-obatan intravena, serta dukungan makanan dan nutrisi untuk pulih dari operasi dan efeknya.
Apa yang harus dikonsumsi?
Al Shamsi menyarankan bahwa makanan terbaik untuk semua orang, termasuk pasien kanker, adalah diet moderat kaya protein, sayuran dan ikan, serta mengurangi gula dan kaya karbohidrat.
"Seorang pasien kanker lebih membutuhkan protein daripada yang lain, tetapi jika dia ingin mengonsumsi makanan manis sebagai pilihan yang sehat, tidak ada masalah dengan itu, tetapi kami menegaskan bahwa ini tidak memengaruhi sel kanker atau pertumbuhan," paparnya.
Pasien kanker, terutama yang menderita kanker saluran cerna, sebaiknya menghindari makanan berat dan makanan yang mengiritasi sistem pencernaan, seperti makanan pedas.
Aktivitas fisik
Kebanyakan orang secara fisik kurang aktif di bulan Ramadan karena puasa dan sibuk dengan lebih banyak ibadah, kata Al Shamsi.
"Namun, kami selalu menganjurkan setiap orang untuk melakukan aktivitas fisik ringan 30-60 menit per hari untuk menjaga otot tubuh dan kebugaran fisik dan ini sangat penting bagi semua orang dan pasien kanker," imbuhnya.
Menghindari negativitas
Penting bagi pasien kanker untuk mengurangi gangguan dan faktor eksternal yang mengganggu kondisi psikologisnya, seperti beberapa hubungan sosial atau media sosial, yang mungkin menyebarkan banyak rumor tentang kanker dan pengobatannya. Ini seharusnya tidak menjadi alasan isolasi sosial, tetapi membatasi hubungan tidak sehat yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mentalnya, baik selama Ramadan atau di waktu lain.
"Pada akhirnya, pasien kanker dan semua pasien harus ingat bahwa 'Tuhan tidak membebani jiwa di luar kemampuannya' [ayat Al-Quran]. Dan jika ada keraguan, biarkan pasien berbuka puasa sesuai izin Allah SWT," ungkapnya.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perempuan Wajib Tahu, Ini 5 Cara Mencegah Kanker Serviks