
Belajar dari Sambo & Mario Dandy, Begini Cara Redakan Amarah

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu jam sebelum pergantian hari, Ferdy Sambo tiba-tiba mendapat telepon dari istrinya, Putri, yang berada di Magelang. Dari telepon tersebut terdengar isak tangis perempuan berusia 49 tahun tersebut.
Dengan terbata-bata, Putri cerita dia baru saja mengalami kejadian tidak menyenangkan dari salah satu ajudannya, Brigadir J. Mendengar itu Sambo terkejut dan bergegas menjemput Putri. Namun ini tak terjadi karena menurut istrinya "situasi sudah terkendali" dan akan pulang ke Jakarta sepagi mungkin.
Keesokan harinya, tepat pada 8 Juli 2022, Sambo dan Putri bertemu dan berbincang tentang kejadian malam itu di kediaman mereka. Mendengar cerita istrinya, darah Sambo mendidih. Tak lama kemudian terjadi peristiwa yang menghancurkan karir jenderal bintang dua tersebut.
Dengan penuh emosi, Sambo memerintah dan melakukan penembakan terhadap Brigadir J hingga meninggal dunia, demikian tutur Sambo dalam persidangan Rabu (8/12/2022), dikutip Detik, Senin (27/2/2023)
Enam bulan kemudian, Indonesia kembali digegerkan oleh kasus serupa. Pemuda berusia 20 tahun bernama Mario Dandy mendapat aduan dari kekasihnya, Agnes, kalau dia mendapat perlakuan tak senonoh dari David. David adalah mantan kekasih Agnes.
Mendengar kabar itu, Dandy bergegas menemui David. Singkat cerita, terjadilah penganiayaan terhadap David. Dengan darah mendidih, Dandy menghajar habis-habisan David hingga tak berdaya pada Senin (20/2/2023). Hingga kini, David tak kunjung membaik. Dandy pun sudah ditahan.
Dua kejadian yang cukup menggemparkan itu punya satu kesamaan: ketidakmampuan mengontrol emosi. Beranjak dari emosi, amarah menjadi tidak terkendali hingga terjadi kejadian tidak diinginkan yang berujung pada terancamnya nyawa seseorang.
Pentingnya mengendalikan amarah
American Psychological Association (APA) menyebut bahwa kemarahan adalah emosi yang disebabkan oleh sesuatu yang salah atau tidak sesuai dengan keinginan kita, sehingga tak lagi mampu mengendalikan kesalahan tersebut.
Misalkan akibat bos yang selalu meminta banyak hal, melihat pacar selingkuh, diperlakukan tidak adil, atau mendapat kabar orang yang disayang disakiti. Emosi ini adalah sesuatu yang normal dan menurut APA, "menjadi hal yang baik untuk mengungkapkan perasaan negatif sehingga dapat menjadi motivasi untuk menemukan solusi atas permasalahan."
Namun, kemarahan ini bisa jadi sangat membahayakan. Dalam riset "The Effects of Incidental Anger, Contempt, and Disgust on Hostile Language and Implicit Behaviors" (2016) oleh David Matsumoto, seseorang yang mengalami rasa marah punya kecenderungan bertindak kasar terhadap sesuatu hal yang dibenci.
Saat marah, terjadi perubahan pada tubuh manusia. Dalam tulisan "What happens when we get angry?" (2010), kemarahan membuat detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan otot-otot tubuh menegang. Ini adalah reaksi biologis dari hubungan antara otak dan hormon manusia, dan susah diubah. Akibatnya, seseorang kesulitan untuk berpikir jernih, sehingga mampu lebih agresif dan berani menerabas akal sehat. Jika sudah mencapai titik ini, peluang terjadinya hal-hal yang menakutkan, seperti berucap kasar, melakukan penganiayaan dan pembunuhan, semakin besar.
Efek negatif seperti ini bukan berarti tak bisa dicegah. Maka, melakukan manajemen amarah menjadi penting. Manajemen amarah bertujuan agar kita dapat mengendalikan emosi, bukan emosi yang mengendalikan kita.
Melansir Mayo Clinic, hal pertama dan langkah jangka pendek yang bisa dilakukan saat emosi tak lagi terbendung adalah dengan menenangkan diri terlebih dahulu. Ketika tenang, tak ada salahnya meminta bantuan seseorang untuk memberi masukan atas permasalahan yang diterima. Lewat masukan tersebut, akan ada solusi-solusi alternatif untuk menyelesaikan permasalahan.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]