
Warning! Ini 5 Tanda Anda Sedang Membesarkan Anak yang Egois

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebahagiaan si buah hati adalah hal mutlak - begitulah kira-kira keinginan setiap orang tua. Sebagai orangtua, kita tidak suka melihat anak-anak kita murung, dan tak jarang para orangtua selalu meng-amin-kan keinginan anak-anak mereka.
Namun, Michele Borba, seorang educational psychologist dan ahli parenting menyebutkan bahwa memanjakan anak terus-menerus dapat merugikan mereka di masa depan. Pola asuh yang memanjakan anak dan melindungi mereka dari pengalaman yang menantang dapat mengurangi kesempatan si kecil untuk mengenali jati diri dan menjadi tangguh.
"Sebagai seorang psikolog anak, saya melihat anak-anak yang dimanjakan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebay, egois, tidak bahagia, dan selalu merasa tidak puas," tutur Borba.
Syukurnya, ada cara untuk memperbaiki perilaku anak-anak sebelum keadaan semakin parah.
Tanda bahwa Anda sedang membesarkan anak yang manja dan egois:
Untuk mengetahui bahwa Anda sedang membesarkan "anak manja" adalah dengan mengidentifikasi tanda-tanda umum berikut.
- Anak tidak mau menerima kata "tidak" sebagai jawaban. Jelasnya saja seperti ini - anak Anda selalu mengharapkan segala sesuatunya berjalan sesuai keinginannya.Coba perhatikan, mereka yang terus-menerus berkata "ah! gak mau! atau no!" pada Anda.
- Lebih suka menerima daripada memberi: Anak yang dimanjakan tidak menghargai apa yang Anda lakukan untuk mereka. Alih-alih mengucapkan "tolong" dan "terima kasih," mereka lebih memilih mengatakan "aku mau ini!" atau "minta dong."
- Anak menuntut sesuatu secepatnya. Anak tidak mempertimbangkan bahwa permintaan mereka dapat menyusahkan orang lain dan mengharapkan Anda untuk mengabaikan prioritas Anda dan memenuhi keinginan mereka sesegera mungkin.
- Hanya memikirkan diri sendiri: Mereka merasa berhak dan mengharapkan perlakuan khusus. Jika anak lain di kelas mendapatkan pujian akan prestasinya, mereka marah dan mengatakan: "Saya lebih pintar dari dia!"
- Tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki: Mereka terbiasa memiliki semua mainan di dunia, tetapi itu tidak pernah cukup. Mereka selalu ingin lebih, lebih, dan lebih.
![]() |
Jadi, bagaimana cara mengasuh anak agar tak manja?
Tips: ajarkan anak Anda agar lebih memperhatikan orang lain dan peduli.
Secara naluriah sikap manja adalah hal yang anak pelajari, maka hal itu harusnya dapat dilupakan dengan pola asuh baru. Namun, jangan berharap anak Anda akan menghargai gaya pengasuhan baru Anda. Mereka mungkin akan menolak pada awalnya, jadi lakukan hal-hal secara bertahap dan jangan menyerah.
Saya melihat anak-anak yang dimanjakan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebay, egois, tidak bahagia, dan selalu merasa tidak puas.ahli parenting, Michele Borba |
Berikut adalah beberapa tips Michele Borba untuk mengajari anak Anda agar lebih peduli dan memperhatikan orang lain:
1. Katakan "tidak" tanpa rasa bersalah
Orangtua sering berpikir bahwa mengatakan "tidak" akan menurunkan rasa percaya diri anak. Namun, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan struktur dan pola pengasuhan yang kurang memanjakan memiliki harga diri yang lebih tinggi dan lebih simpati pada orang lain.
Saat mengatakan "tidak," berikan alasan singkat agar anak bisa memahami mengapa. Misal "PR harus diselesaikan sebelum bermain supaya kamu bisa main tanpa khawatir," atau, "Hari ini enggak boleh main soalnya kamu batuk, takutnya menular ke teman-temanmu."
2. Pujilah tindakan yang tepat
Jika anak ketagihan mendapat pujian, coba pujilah mereka ketika melakukan sesuatu atau bersama orang lain. Contohnya: "Pas lomba futsal tadi kelompok Abang hebat ya."
Pujian seperti ini memperkuat pentingnya kebersamaan. Jangan tergesa-gesa bertanya, "kamu cetak gol berapa tadi?" Tanyakan saja, "Coba sebutin satu hal yang buat tim futsal Abang bisa sekeren itu?:
3. Tingkatkan rasa syukur
Mengamalkan rasa syukur membantu anak merasa lebih bahagia, mampu mengatasi kesulitan, dan meningkatkan kepuasan hidup mereka. Anak kecil bisa menggambar hal-hal yang mereka syukuri, sedangkan anak lebih besar bisa menuliskan penghargaan dalam sebuah buku harian.
Orangtua juga bisa bergiliran berbagi penghargaan saat makan malam atau membuat jurnal syukur keluarga yang bisa ditulis bersama-sama.
4. Latih kesabaran
Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan untuk berhenti sejenak, menunggu dan menunda sangat berkorelasi dengan kesuksesan akademik dan keuangan di masa depan.
Jika sedang sibuk berbicara di telepon dan si buah hati ingin perhatian Anda, berikan isyarat: "Nanti dulu ya". Jika anak Anda mendorong adiknya agar bisa menggunakan komputer lebih cepat, katakan: "Tunggu dulu." Atau "Gantian dulu."
5. Tunjukkan tindakan yang kurang sensitif
Ketika anak melakukan sesuatu yang kurang berperasaan, ajak si kecil untuk memikirkan perasaan orang lain. Ajukan pertanyaan seperti, "Bagaimana menurut kamu perasaan si A saat kamu mengambil permen dari tangannya tanpa meminta izin?" Dengan demikian, anak akan belajar untuk lebih peka dan empati terhadap perasaan orang lain.
6. Fokus memberi, bukan menerima
Terakhir, ajarkan anak untuk lebih fokus pada memberi daripada menerima. Berikan kesempatan pada anak untuk melakukan kebaikan untuk orang lain, seperti membuat kue untuk tetangga yang sakit atau menyumbangkan mainan ke rumah sakit anak. Sebaliknya, tetapkan batasan pada penerimaan barang dan ajarkan anak cara menerima hadiah dengan sopan.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ayah-Bunda, Jangan Bermental Miskin di Depan Anak Ya!