Studi: Berteman dengan Orang Kaya Bisa Kurangi Kemiskinan

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Senin, 30/01/2023 13:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggapan bahwa lingkar pertemanan dapat memengaruhi seseorang ternyata bukan isapan jempol belaka. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh ekonom Harvard, Raj Chetty, menemukan bahwa pertemanan antara si kaya dan si miskin bisa mengurangi kemiskinan.



Penelitian itu telah menganalisis lebih dari 21 miliar hubungan pertemanan Facebook. Chetty mengukur keterhubungan ekonomi suatu wilayah tertentu, yang berarti di sebuah wilayah terdapat interaksi di antara orang-orang dari status sosial ekonomi yang berbeda.

Para peneliti menemukan bahwa lingkungan tempat seorang anak tumbuh dapat memengaruhi masa depannya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tumbuh di daerah dengan keterhubungan ekonomi yang tinggi dapat menambah pendapatan mereka menjadi 20% lebih besar di masa dewasa.

"Keterhubungan ekonomi itu memengaruhi segalanya, mulai dari membentuk aspirasi dan norma dan karier hingga memberikan informasi berharga tentang sekolah dan perguruan tinggi, serta menyediakan koneksi ke magang dan peluang kerja," ungkap peneliti, dikutip dari Fortune.

Misalnya, seorang anak miskin yang tumbuh di Minneapolis, di mana terdapat integrasi yang lebih besar antara anak-anak berpenghasilan rendah dan kaya, mencapai pendapatan rata-rata US$34.300 pada usia 35 tahun. Jumlah itu hampir US$10.000 lebih banyak per tahun daripada pendapatan tipikal anak miskin dari Indianapolis, di mana ada lebih sedikit hubungan sosial antara kedua sisi spektrum kekayaan, menurut studi tersebut.

Namun, perlu dicatat, keterhubungan ekonomi hanyalah salah satu ukuran modal sosial yang dipelajari para peneliti. Sebab, ada faktor-faktor lain yang juga memengaruhi tingkat pendapatan seseorang.

Menariknya, meskipun anak-anak miskin yang berteman dengan anak kaya bisa mendapat prospek pekerjaan yang lebih baik di masa depan, tapi para peneliti menemukan bahwa hal itu cukup jarang terjadi. 

Anak-anak dari keluarga paling miskin hanya memiliki 2% teman yang berasal dari kelompok pendapatan teratas. Sementara itu, untuk orang-orang dengan distribusi pendapatan 10% teratas, 34% teman mereka juga berasal dari kelas ekonomi yang sama.

Peneliti menyebut fenomena ini sebagai bias pertemanan yang didefinisikan sebagai kecenderungan orang-orang dengan sosial ekonomi yang sama untuk saling berteman.

Para peneliti mengakui bahwa menilai bahwa bias pertemanan harus dilihat sebagai komponen penting dalam meningkatkan pemerataan pendapatan.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kisah Marshel Widianto, Dulu Susah Kini Hidup Ala Rich People