Sejarah Orang Sunda Suka Makan Lalap, Ada Andil Kompeni Eropa

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
03 February 2023 09:35
Pasar Tradisional
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak banyak manusia di dunia yang bersedia menyantap makanan mentah. Sebut salah satu yang terkenal adalah kegemaran warga Jepang mengonsumsi sushi. Mereka melahap olahan ikan itu secara mentah tanpa proses memasak.

Untuk kasus ini sepertinya Indonesia juga bisa disejajarkan. Orang dari suku Sunda kerap menyantap sayur-sayuran mentah atau lazim disebut lalap, seperti kol, timun, kemangi, terong, selada, dan sebagainya. Lalu jika sayuran itu dibumbui kacang yang ditambah kencur maka jadilah karedok yang rasanya lebih kompleks.

Budaya makan ini kemudian memunculkan pertanyaan menarik: Mengapa orang Sunda gemar menyantap sayuran mentah?

Jika melihat sejarah, sebetulnya budaya makan seperti ini awalnya biasa ditemukan di pulau Jawa secara keseluruhan. Mengacu catatan Fadly Rahman dalam "Sunda dan Budaya Lalaban: Melacak Masa Lalu Budaya Makan Sunda" (Metahumaniora, 2018), bukti tertua dari lalap sudah ada dari peninggalan abad ke-10 Masehi. 

"Dalam Prasasti Panggumulan (824 Saka/902 M) dari Sleman, Jawa Tengah, disebut-sebut bahan makanan dari sayuran bernama rumwah-rumwah, kuluban, dudutan, dan tetis. Rumwah-rumwah artinya lalab mentah; kuluban artinya lalab yang direbus; dudutan artinya lalab mentah yang diambil dengan cara dicabut dari akarnya; dan tetis adalah sejenis sambal atau petis," katanya

Pada masa itu sayur-sayuran yang disantap didapat dari lingkungan sekitar, seperti tespong, kemangi, dan godobos. Hingga akhirnya variasi sayuran itu berubah ketika orang-orang China, Arab, dan Eropa datang. Kedatangan mereka membawa varietas baru sayuran yang sama sekali asing di Indonesia. Mereka membawa timun, labu siam, kol, buncis, terong, selada, seledri, dan tomat. Seluruh sayuran itu kemudian dibudidayakan di Indonesia hingga membuat variasi lalap pun semakin banyak. 

Suburnya budaya menyantap sayuran mentah di Jawa sejalan juga dengan ketiadaan tradisi peternakan sapi atau kerbau. Jadi, sumber makanan yang bisa didapat satu-satunya hanya sayuran. Kondisi ini bertahan setidaknya sampai abad ke-15. Sampai akhirnya mulai mengalami perubahan ketika Eropa datang di abad 17.

Fadly Rahman dalam studi berbeda berjudul Sejarah Makanan Indonesia (2016) menuturkan kalau di Jawa kompeni berhasil membabat habis padang rumput dan kawasan perhutanan untuk peternakan dan pembudidayaan tanaman baru, seperti kopi, teh, nanas, cabai, dan kentang.

Dari sini terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat. Masyarakat Jawa mulai mengolah makanan yang mengandung unsur pedas. Selain itu mereka juga mulai menyantap daging. 

Namun, di Jawa bagian Barat perubahan ini tidak terlalu nampak. Di sana pemerintah kolonial fokus pada pengembangan tanaman, seperti kopi dan teh, yang dapat membawa cuan dan cocok ditanam karena bersuhu dingin dibanding membuka peternakan.  Akibatnya, masyarakat Jawa Barat mau tidak mau harus memakan sayuran lebih lama, baik itu sayur olahan atau mentah. 

Kondisi inilah yang tanpa disadari membuat budaya makan sayuran khususnya lalap lekat dengan orang Sunda.

"Citra ini jelas bukan suatu hal yang natural, melainkan ada aspek politik dan ekonomi kolonial yang secara tidak langsung dan tidak disadari turut membentuk pula pola kultural dalam budaya makan Sunda," kata Fadly Rahman.

Meski demikian, budaya makan seperti ini diapresasi oleh orang-orang Eropa. Mereka menyebut lalap sebagai "allereenvoudigste gerecht van Indonesische keuken" yang berarti makanan Indonesia paling sederhana, sekaligus sehat. 


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 7 Makanan yang Mengandung Kolagen, Bisa Cegah Keriput!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular