Timnas Jerman Apes di Piala Dunia, Krisis Jadi Biang Kerok?

Lifestyle - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
28 November 2022 17:30
Jerman kalah 1-2 dari Jepang di laga pertama Piala Dunia 2022. (Getty Images/Alex Grimm) Foto: Jerman kalah 1-2 dari Jepang di laga pertama Piala Dunia 2022. (Getty Images/Alex Grimm)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi Jerman saat ini bak jatuh tertimpa tangga. Saat diterpa krisis energi, performa Tim Nasional Jerman pada pagelaran Piala Dunia 2022 melempem di fase grup.

Jerman menjadi korban dari tingginya harga energi terutama gas yang menyebabkan meningkatnya inflasi. Masyarakat Jerman pun merasakan dampak langsung karena biaya listrik dan BBM makin mahal.

Penderitaan warga Jerman semakin berat setelah melihat penampilan Neuer dan kawan-kawan di lapangan. Sebelum imbang 1-1 melawan Spanyol, Jerman menelan pahitnya kekalahan kala bersua Jepang. Sang juara dunia empat kali pun harus menerima berada di urutan bontot setelah Spanyol, Jepang, dan Kosta Rika dan terancam gugur di fase grup untuk dua edisi Piala Dunia berturut-turut.

Terkait kondisi di dalam negeri, harga energi di Jerman sudah naik 38%, sementara harga pangan melesat 12% dan BBM 33%, kata Duta Besar Indonesia Untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno kepada CNBC Indonesia belum lama ini. 

Tingkat inflasi Jerman pun meningkat menjadi 10,4% year-on-year (yoy) pada Oktober dari bulan sebelumnya sebesar 10%.

Kepala Federal Statistical Office (Destatis), Georg Thiel, mengatakan angka inflasi Jerman mencapai level tertinggi sejak reunifikasi Jerman.

Sementara itu tingkat konsumen yang dibandingkan dengan negara Eropa lainnya tercatat naik 11,6% yoy pada Oktober.

Krisis energi terjadi karena harga komoditas yang melonjak, mulai dari gas, minyak mentah, hingga batu bara. Awalnya setelah infeksi virus Corona (Coronaviru Disease 2019/Covid-19) mampu mulai dikendalikan, permintaan energi meningkat sejalan dengan mobilitas masyarakat yang mulai meningkat paska lockdown.

Sayangnya Covid-19 telah melumpuhkan produksi komoditas energi. Aliran modal pun menjadi tersendat akhirnya produksi tambang terganggu.

Permintaan energi yang melejit tidak bisa diimbangi oleh produksi, akibatnya komoditas energi menjadi langka. Harganya pun meroket pada 2021.

Berlanjut pada 2022, pecahnya pertempuran antara Rusia dan Ukraina membuat permasalahan harga energi semakin rumit. Hukuman negara-negara barat membuat Rusia didepak dari sistem keuangan internasional. Hasil bumi Rusia juga diembargo oleh pihak barat, sehingga pasokannya hilang dari pasar. Harga pun makin melejit.

Rusia sendiri adalah produsen utama minyak dunia, gas, hingga batu bara. Jerman yang sumber energinya 27% berasal dari gas mengandalkan Rusia sebagai pemasok. Sebesar 55% dari impor energi Jerman berasal dari Rusia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Artikel Selanjutnya

Fans Qatar Balas Protes Timnas Jerman dengan Foto Ozil


(ras/ras)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading