Benarkah Galon Isi Ulang Berbahaya? Ini Faktanya Menurut Ahli

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
11 November 2022 12:25
Pedagang air galon membawa galon yang sudah diisi penuh untuk dijual ke warga apartemen di Kawasan Pluit, Jakarta, Rabu (12/6). Banyak penghuni apartemen di kawasan tersebut menggunakan air galon isi ulang untuk mandi. Mumun seorang pembantu rumah tangga mengatakan majiakannya bisa menkonsumsi air galon sehari 4-5 galon untuk mandi dan cuci piring. Harga galon isi ulang ia beli seharga Rp 3500 yang berasal dari air pam, Rp 7000 untuk galon isi ulang untuk galon asli Rp.20.000. Banyak penghuni apartmen menggunakan air galon karena air yang mereka tempati kadang bau dan kotor. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Air galon isi ulang (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak sedikit masyarakat di Indonesia yang mengandalkan air minum isi ulang. Ini karena air minum isi ulang terbukti praktis dan harganya relatif lebih murah. Namun di balik itu masih banyak masyarakat yang mempertanyakan terkait keamanan dari galon air isi ulang.

Pakar Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin mengatakan bahwa sebenarnya galon isi ulang aman digunakan karena kandungan BPA atau Bisfenol-A pada air minum dalam kemasan (AMDK) yang migrasi ke air jauh di bawah batas maksimal yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Galon isi ulang aman digunakan karena kandungan BPA yang migrasi ke air jauh di bawah batas maksimal yang ditetapkan BPOM. Semakin sering dipakai ulang kandungan BPA yang migrasi ke air akan semakin turun karena jumlah BPA yang tertinggal di dalam plastik galon semakin kecil," kata Akhmad di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2022).

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada laporan kasus terkait orang meninggal atau sakit akibat air galon.

 

Sementara berbicara pelabelan BPA pada galon, menurutnya hal itu tidak perlu dilakukan.

"Kalau melihat kondisi di atas pelabelan risiko BPA pada galon tidak perlu dan melakukannya karena hanya menambah beban bagi industri serta konsumen akibat pengeluaran yang semakin besar," paparnya.

Ia menilai, jika label BPA diwajibkan, justri itu bisa menimbulkan diskriminasi dalam bisnis karena wadah lain yang mengandung atau memberikan migrasi BPA lebih besar tidak diberi label, seperti makanan kaleng dan lainnya. Begitu juga pada kasus galon lain yang mengandung EG juga tidak diberikan pelabelan. Serta wadah lain yang mengandung bahan kimia tidak diberi pelabelan.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular