
Merinding! Mumi Mesir Pernah Jadi Santapan Orang Eropa Kuno

Jakarta, CNBC Indonesia - Ratusan tahun lalu, atau sekitar abad pertengahan hingga abad ke-18, orang Eropa kuno senang mengonsumsi daging mayat mumi. Daging mumi mesir dianggap memiliki khasiat tertentu bagi kesehatan.
Mengutip Live Science, daging mumi yang dihaluskan dan diberi pewarna dipercaya dapat menyembuhkan apa saja, mulai dari penyakit pes hingga sakit kepala.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut pemanfaatan mumi asal Mesir seperti mumia. Mumia sendiri merupakan produk yang dibuat dari tubuh mumi. Para apoteker menggunakan sisa-sisa mumi yang dibawa dari Mesir ke Eropa pada abad ke-12 untuk dibuat obat, kemudian dijual bebas di apotek yang dibawa dari Mesir hingga Eropa.
Mereka yang termasuk mumi mania percaya bahwa mumia bisa menyembuhkan penyakit. Bahkan, mumia biasa dikonsumsi baik orang kaya dan miskin.
Pada abad ke 12, para apoteker menggunakan mumi yang digiling untuk obat-obatan supernatural mereka.
Ketika antibiotik belum ditemukan, para dokter bahkan meresepkan tengkorak, tulang, hingga daging yang dihaluskan untuk mengobati berbagai penyakit, mulai sakit kepala hingga mengurangi pembengkakan atau pemulihan wabah.
Namun, dari banyak orang yang meyakini mumi bisa jadi obat, Guy de la Fontaine, seorang dokter kerajaan meragukan mumia adalah obat berkhasiat. Sebab, kata Fontaine, ada mumi palsu yang beredar, dibuat dari jasad petani yang meninggal di Alexandria pada 1546. Dengan begitu, orang-orang berpotensi ditipu dengan memakan mumi palsu.
Akibat adanya pemalsuan ini, ditambah pasokan mumi Mesir kuno yang tak bisa mencukupi kebutuhan, orang-orang mulai bergeser untuk membeli daging dan darah segar (manusia yang baru meninggal) untuk dijadikan obat dan diklaim lebih berkhasiat. Klaim daging dan darah segar lebih berkhasiat ini bahkan diamini oleh sosok bangsawan paling dihormati kala itu.
Sementara, para ahli meyakini apoteker dan dukun masih meracik obat mumi hingga abad ke-18.
Raja Inggris Charles II, misalnya, berani mengonsumsi obat yang terbuat dari tengkorak manusia setelah menderita kejang. Obat dari tengkorak manusia ini digunakan hingga 1909, di mana dokter bisa meresepkannya bagi mereka yang mengalami gangguan kondisi neurologis.
Untuk keluarga kerajaan dan masyarakat dari kelas elit sosial, makan mumi tampaknya obat yang bergengsi karena dokter mengklaim mumi dibuat dari firaun.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Orang Eropa Kuno Ternyata Suka Makan Mumi Mesir