Cukup Lakukan Aktivitas Ini Bisa Turunkan Risiko Mati Muda

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia

26 August 2022 12:10

Tennis - French Open - Roland Garros, Paris, France - June 2, 2018 Serena Williams of the U.S. in action during her third round match against Germany's Julia Goerges REUTERS/Gonzalo Fuentes — Foto: REUTERS/Gonzalo Fuentes

Jakarta, CNBC Indonesia - Memiliki umur panjang tentu menjadi harapan banyak orang. Namun, tak banyak yang tahu ada kebiasaan yang bisa menjadi kunci umur panjang.

Menurut studi baru dari jurnal JAMA Network Open, aktivitas fisik mampu menurunkan risiko kematian dini serta kematian akibat penyakit kardiovaskular dan kanker. Anda bisa memilih aktivitas fisik apapun yang Anda sukai, seperti lari, berenang, bermain tenis, bersepeda, golf, atau bahkan berjalan kaki.

Mengutip CNN Health, studi dari National Cancer Institute menganalisis jawaban lebih dari 272.000 orang berusia antara 59 dan 82 tahun yang menyelesaikan kuesioner tentang aktivitas waktu senggang mereka sebagai bagian dari National Institutes of Health-AARP Diet and Health Study. Para peneliti studi juga mengamati peserta selama belasan tahun dan menganalisis catatan kesehatan untuk kematian akibat kanker, penyakit jantung, dan penyebab apa pun.

Baca:

Ketahui 12 Gejala Kolesterol Tinggi, Jangan Tunggu Parah

Kombinasi aktivitas cardio per minggu disebut menurunkan risiko kematian lebih rendah sebanyak 13%, dibandingkan mereka yang tidak melakukan sama sekali.

Olahraga badminton dan tenis memiliki manfaat besar untuk masalah kardiovaskular. Olahraga yang cukup populer di Indonesia ini bisa menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 27% dan penurunan risiko kematian dini hingga 16%.

Sementara itu, aktivitas yang paling bermanfaat untuk menurunkan risiko kanker (19%) dan kematian dini (15%) adalah lari, menurut studi tersebut. Kalau Anda tak suka lari, berjalan kaki juga memiliki manfaat tinggi untuk menurunkan risiko kematian dini.

"Melakukan salah satu kegiatan itu dikaitkan dengan tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan sama sekali," tulis penulis studi Eleanor Watts, peneliti di National Cancer Institute.