
Ahli Sebut Obat Jerawat Ini Terobosan Pertama Dalam 40 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah obat baru disebut-sebut sebagai terobosan pengobatan jerawat telah lama Amerika Serikat, meski belum jelas kapan obat itu akan beredar di Eropa dan di tempat lain.
Clascoterone krim topikal dapat memberikan harapan bagi Anda yang memiliki jerawat merah dan kulit berminyak. Meskipun menjadi penyakit yang umum, obat baru untuk mengobati jerawat jarang ada, meskipun penelitian terbaru telah mengungkapkan pengaruh diet.
Tetapi para ahli menilai clascoterone sebagai jenis pengobatan jerawat baru pertama dalam hampir 40 tahun.
"Apa yang sangat menarik tentang clascoterone adalah bahwa ini adalah mekanisme aksi yang benar-benar baru yang mengatasi (penyebab) hormonal mendasar yang mendasari semua jerawat," kata dokter kulit AS John Barbieri kepada AFP, dikutip Sabtu (30/7/2022).
Ada dua jenis utama pengobatan jerawat. Satu menggunakan antibiotik untuk menargetkan bakteri yang menyebabkan jerawat, sementara yang lain menghentikan pembentukan sel kulit mati.
Namun clascoterone membuat sel kurang menerima hormon yang menghasilkan sebum, zat berminyak yang biasanya membuat kulit tetap lembab tetapi yang diproduksi oleh penderita jerawat secara berlebihan.
Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Dermatology menemukan bahwa clascoterone lebih efektif daripada plasebo, dan tidak memiliki efek samping yang signifikan.
Studi ini cukup untuk meyakinkan pihak berwenang AS untuk menyetujui pengobatan, yang telah dapat diresepkan oleh dokter AS sejak akhir tahun lalu.
Dokter kulit Prancis Emilie Sbidian memperingatkan bahwa penelitian ini tidak membandingkan clascoterone dengan perawatan yang ada. "Jadi kami tidak benar-benar tahu di mana menempatkannya". ujarnya.
Namun orang-orang dengan jerawat di Eropa tidak mungkin mendapatkan obat dalam waktu dekat. Penantian ini bukan karena keengganan pihak otoritas kesehatan. Badan Obat Eropa mengatakan kepada AFP bahwa mereka bahkan belum mulai mengevaluasi obat tersebut.
Kerangka waktu malah jatuh ke perusahaan yang memproduksi obat, Cosmo Pharmaceuticals Swiss.
"Sebagai perusahaan yang sangat kecil, kami pertama-tama fokus pada pasar terbesar dunia, yaitu AS," kata Diana Harbort, kepala divisi dermatologi Cosmo.
Dia mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada satu perusahaan besar yang tertarik pada jerawat. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan farmasi besar seperti Pfizer, Sanofi dan Novartis tidak menjual obat jerawat.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peneliti Girang, Babi Sudah Mati Tapi Otak & Hati Masih Hidup