Ramai Jasa Tukar Uang Baru di Pinggir Jalan, Bahaya Gak Sih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak masyarakat yang membutuhkan uang pecahan kecil jelang Idul Fitri untuk dibagikan sebagai angpau pada sanak saudara. Kebutuhan ini dijadikan ajang bisnis oleh sebagian orang yang menawarkan jasa penukaran uang baru di pinggir. Mereka berjejer menawarkan pembeli sambil menunjukkan pecahan uang Rp 2.000 hingga Rp 100.000.
Secara umum, pecahan uang yang paling banyak diburu oleh masyarakat biasanya pecahan Rp2 ribu sampai Rp5 ribu rupiah. Dengan sistem tarif penukaran diambil 10 persen.
Melihat hal ini, Bank Indonesia (BI) mengimbau masyarakat tidak menukarkan uang pecahan di tempat tidak resmi tersebut. Sebab, ada potensi uang yang ditukarkan adalah palsu atau jumlahnya tidak tepat.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang (DPU) BI Marlison Hakim mengajak masyarakat untuk menukarkan uang pecahan di layanan kas keliling BI atau perbankan yang tersebar di berbagai titik di Indonesia. Pasalnya jumlah dan keasliannya lebih pasti dibanding menukar di inang-inang.
"Memang penjaja uang ini memanfaatkan kesempatan masyarakat yang ingin cepat mendapatkan uang-uang baru tersebut. Tapi kami mengimbau tukarlah di Bank Indonesia, di perbankan karena pasti jumlahnya dan pasti keasliannya," kata Marlison dalam konferensi pers virtual, Senin (4/4/2022).
Meski rawan peredaran uang palsu, Marlison mengaku tidak bisa melarang jasa inang-inang tersebut. Sebagai antisipasi, pihaknya bekerja sama dengan dinas terkait untuk melakukan pembatasan penjaja uang tersebut.
"Kami bekerja sama dengan pihak terkait; kepolisian, kejaksaan, kehakiman, BIN untuk bersama-sama melakukan tindakan pencegahan dalam uang palsu," imbuhnya.
Marlison mengklaim jumlah peredaran uang palsu dari tahun ke tahun terus menurun. Hal itu dilihat dari indikator jumlah uang palsu yang ditemukan dalam Rp 1 juta lembar.
"Dalam 3 tahun yang lalu itu rata-rata yang kita temukan 9 lembar, sejak 2 tahun lalu menurun menjadi 5 lembar dan tahun lalu turun lagi jadi 4 lembar dalam Rp 1 juta. Tahun ini pun sampai triwulan I baru ditemukan 1 lembar dalam Rp 1 juta uang yang beredar," ungkapnya.
Menurunnya tren peredaran uang palsu disebut karena kegiatan pencegahan yang terus dilakukan melalui edukasi. Di sisi lain, masyarakat juga semakin memahami keaslian rupiah.
"Kalau ditanya bagaimana mengantisipasi (peredaran uang palsu), terus kita lakukan edukasi, yang lebih penting lagi kualitas uang semakin kita tingkatkan," tandasnya.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
