
Waduh! Ahli Sebut Lebih Buruk, Ini Dampak Metaverse!

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa pakar kesehatan mental dan psikolog mengatakan dampak metaverse bisa lebih buruk dari media sosial. Khususnya bagi anak-anak dan remaja.
Melansir CNBC Internasional, mereka sepakat metaverse tidak aman bagi anak-anak dan remaja. Dibuktikan dari penelitian terbaru menunjukkan banyak efek negatif yang dihasilkan.
Penelitian itu membandingkan media sosial, yang memberikan dampak buruk bagi anak anak dan remaja. Mulai dari maraknya intimidasi, pelecehan hingga masalah hingga harga diri, dan citra tubuh.
Dampak negatif ini bisa sama saja terjadi bahkan bisa lebih buruk dari metaverse, dengan rangkaian dunia virtual yang luas.
Meski di sisi lain ada juga ahli yang beropini perusahaan teknologi sudah menanggapi serius hal kesehatan mental bagi anak-anak. Sehingga mulai membangun solusi dalam produk metaverse mereka.
"Semua alat bari ini dan semua kemungkinan baru dapat digunakan untuk kebaikan atau kejahatan," kata Mitch Prinstein, Psikolog Klinis dan juga Chief Science Officer American Psychological Association, mengutip CNBC Internasional, Selasa (1/2/2022).
Sementara pikiran remaja yang sedang terbentuk banyak masukan gagasan yang berasal dari eksternal. Sehingga dapat mengacaukan identitas remaja.
"Anda adalah apa yang orang lain pikirkan tentang anda. Gagasan untuk dapat memalsukan identitas anda dapat berdampak berbeda dan bisa mengacaukan identitas remaja," kata Prinsten.
Prinsten juga khawatir perusahaan teknologi menargetkan sosial dan platform metaverse pada demografi anak anak dan remaja. Sementara pada rentang itu sangat penting untuk perkembangan mental dan emosi otak mereka
"Ini hanya memperburuk masalah yang kita lihat dengan efek media sosial," jelasnya.
![]() Bisnis Metaverse Paris Hilton, Pulau Dunia Maya Paris World (Reuters) |
Albert Rizzo Psikolog yang juga menjabat Direktur Realitas Virtual Medis di Institute Teknologi Kreatif USC, mengatakan saat ini media sosial saja sudah berbahaya bagi anak-anak dan remaja. Dimana realitas virtual dapat memperburuk masalah itu.
"Ada potensi tenggelam pada dunia virtual," kata Rizzo.
"Karena begitu masuk satu ruang anda tidak dapat disentuh secara fisik, kita bisa terpapar realisme yang dapat menyerang secara psikologis," tambahnya.
Sehingga dapat menciptakan rasa kesepian serta permasalahan citra tubuh, serta kontan yang berbahaya terkait dengan bunuh diri.
Selain itu penggunaan avatar digital 3D di Metaverse juga membawa masalah lain, karena mampu memodifikasi. Dimana bisa memproyeksikan versi diri pengguna yang berbeda dari kehidupan nyata.
"Sangat berbahaya bagi remaja," kata Rizzo. Melihat gagasan itu dapat digunakan untuk memalsukan identitas anda.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article LV, Gucci hingga Balenciaga Mulai Ekspansi ke Metaverse