Kenapa Hujan Sering Turun Saat Imlek? Ini Penjelasannya

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
26 January 2022 14:25
Worshippers wearing face masks to protect against the spread of the coronavirus burn joss sticks as they pray at the Wong Tai Sin Temple, in Hong Kong, Friday, Feb. 12, 2021, to celebrate the Lunar New Year which marks the Year of the Ox in the Chinese zodiac. (AP Photo/Kin Cheung)
Foto: Perayaan Imlek di Hong Kong (AP/Kin Cheung)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perayaan Hari Raya Imlek atau Tahun Baru China ke 2573 akan jatuh pada Selasa, 1 Februari 2022. Perayaan Imlek merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Tionghoa akan hadirnya musim semi. 

Di awal musim semi, mereka juga percaya akan dipenuhi keberkahan, mulai dari hasil panen melimpah hingga hadirnya musim semi yang indah. Di Indonesia yang hanya memiliki dua musim, tentu tidak bisa merasakan hadirnya musim semi. Namun, kerap kali ketika Hari Raya Imlek tiba, akan turun hujan.

Hal tersebut mengundang pertanyaan para masyarakat, mengapa perayaan Imlek di Indonesia identik dengan turunnya hujan? 

Penjelasan Ilmiah Kenapa Saat Imlek Selalu Hujan

Jika kita mengambil sudut pandang dari penjelasan ilmiahnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa Imlek memang selalu jatuh pada akhir Januari atau awal Februari. Jatuhnya perayaan Imlek di akhir Januari atau awal Februari juga disebabkan adanya perhitungan hari dalam Imlek yang merupakan gabungan antara fase bulan mengelilingi bumi dengan bumi mengelilingi matahari atau lunisolar. Itulah mengapa hari raya Imlek tidak sama dengan kalender Masehi atau Hijriah.

Menurut BMKG, hari raya Imlek yang jatuh pada akhir Januari atau awal Februari ternyata bertepatan dengan puncak musim hujan dan curah hujan tinggi. Inilah mengapa hari raya Imlek dikatakan identik dengan turunnya hujan.

Sejarah Penamaan Imlek

Imlek adalah awal hari musim semi yang dirayakan oleh leluhur Tionghoa di China setelah berbulan-bulan mereka diselimuti musim dingin dan tidak bisa bercocok tanam. Sehingga, saat musim tiba, mereka merasa bahagia.

Kalender Imlek disebut Imlek karena berasal dari frasa atau kata "Yin-li," yang dalam bahasa Mandarin secara harfiah berarti Kalender Bulan atau Candrakala atau Lunar atau KamariahNamun, pada kenyataannya, kalender Imlek merupakan kalender Lunisolar (Surya - Candrakala, Syamsi - Kamariah) karena harus menyesuaikan hari Imlek dengan jatuhnya musim.

Awalnya, kalender Imlek mengacu pada peredaran semu tahunan matahari atau Suryakala/Solar/SyamsiahDi dalam satu tahun, terdapat lima fase sesuai dengan jumlah unsur Wu Xing yang berarti lima unsur, yaitu kayu, api, tanah, logam dan air. Setiap fase tersebut berumur 72 hari lalu dibagi kembali menjadi dua bulan berumur 36 hari. Sehingga, pada satu tahun akan mengandung 10 bulan dan 360 hari.

Kalender Imlek mengalami perubahan dari masa ke masa. Seiring waktu, terjadi perubahan zona waktu dari waktu tolok Shanghai (UT+8.05.43) ke waktu Tolok Tiongkok (UT+8) sejak tahun 1901. Hal ini memengaruhi perhitungan 24 chi dan fase bulan baru.

Pada tahun 1949, Tiongkok akhirnya menerapkan waktu musim panas atau daylight saving time dengan menambahkan 1 jam saat musim semi dan musim panas, menjadi UT+9. Lalu mengembalikan waktu ke semula saat musim gugur dan musim dingin, menjadi UT+8.

Sepanjang tahun 1949 - 1985, Tiongkok tidak menetapkan waktu musim panas. Lalu, pada tahun 1985 - 1991, Tiongkok menerapkan kembali sistem waktu musim panas. Selanjutnya, Tiongkok menghapus waktu musim panas sejak tahun 1992 sampai sekarang.

Makna Hujan Ketika Imlek

Masyarakat Tionghoa meyakini kepercayaan bahwa hujan merupakan simbol keberuntungan. Ahli Feng Shui juga menuturkan bahwa turunnya hujan ketika Imlek menandakan Dewi Kwan Im sedang menyiram bunga Mei Hwa yang diartikan sebagai turun berkah dari langit.

Orang-orang Tionghoa percaya bahwa bunga Mei Hwa adalah bunga yang ditanam oleh Dewi Kwan Im menjelang hari raya Imlek. Selain itu, hujan yang identik sebagai simbol keberuntungan juga tidak terlepas dari sejarah etnis Tiongkok.

Masyarakat Tionghoa, yang pada zaman dahulu kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, menggantungkan hidupnya pada hasil ladang atau kebun. Karena itu, bagi mereka, turun hujan merupakan suatu keberkahan.

Uniknya, akan diadakan ritual untuk menentukan apakah ketika Imlek akan turun hujan atau tidak. Ritual tersebut akan dilakukan dengan makan makanan semacam onde-onde. Ketika memakan makanan tersebut dan tidak turun hujan, maka mereka meyakini bahwa saat Imlek tidak akan hujan. Sementara itu, hujan di perayaan Imlek biasanya turun saat Imlek malam atau keesokan harinya.

Begitulah penjelasan secara ilmiah dan bagaimana sejarahnya kalender Imlek. Jadi, jika mengambil pendapat dari BMKG, perayaan Imlek memang jatuh bersamaan dengan puncak turunnya curah hujan tinggi. Semoga informasi tersebut dapat menambah informasi ya!


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hindari Kegiatan 'Haram' Ini Saat Imlek Jika Tak Mau Sial!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular