'Healing Trip ke Bali' Tak Bisa Atasi Depresi, Ini Alasannya

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
20 January 2022 12:25
Campuhan Ridge Walk, Ubud, Bali. Ist
Foto: Campuhan Ridge Walk, Ubud, Bali. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu belakangan, Anda mungkin sering mendengar tren 'healing trip ke Bali' atau 'staycation' yang dilakukan generasi muda. Umumnya, mereka beralasan bahwa hal itu mereka butuhkan untuk menjaga kesehatan mental agar terhindari dari stress depresi. 

Meski demikian, para ahli menyebut bahwa di kebanyakan kasus, traveling sebenarnya tidak efektif dalam menyembuhkan depresi. Kenapa?

Mengutip Healthline, seorang psikolog yang berbasis di Manhattan, Dr. Joseph Cilona, menyebut bahwa traveling dengan tujuan 'healing' merupakan bentuk pelarian yang biasanya dilakukan secara impulsif. Karena itu, kemungkinan gejala yang lebih serius akan muncul kembali dan bahkan lebih serius dari sebelumnya.

"Traveling bisa memperburuk atau memperbaiki keadaan bagi mereka yang berjuang melawan depresi. Anda harus sangat sadar ketika membuat perencanaan untuk bepergian," kata Dr. Cilona.

Hal senada juga diungkapkan oleh Profesor di University of Toronto, Mary V. Seeman, yang menyebut bahwa orang memiliki kecenderungan untuk mengaitkan sumber penderitaan dengan sesuatu di luar dirinya; yakni pekerjaan, keluarga dan sebagainya. Ketika seseorang traveling untuk menjauh dari hal yang mereka anggap sebagai sumber derita, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebab, sumber penderitaan sebenarnya ada di dalam diri sendiri.

Alih-alih 'kabur' dengan cara traveling, coba pikirkan bagaimana perasaan Anda jika Anda pergi tanpa mengatasi masalah sebenarnya. Jika pikiran itu membuat Anda merasa putus asa, mungkin traveling bukanlah jawabannya.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Sok Diagnosis Sendiri, Yuk Kenali Bipolar & Gejalanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular